Limbang Jaya Berdarah
Satu Pelajar Tewas
INDERALAYA -- Konflik antara warga dari beberapa desa dalam kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan dengan perusahaan gula PTPN VII Unit Cinta Manis, memakan korban jiwa, seorang bocah 13 tahun, Angga Prima bin Darmawan yang tak tahu duduk persoalan harus tewas dengan cara tragis.
Angga, yang warga Dusun II Desa Tanjung Pinang II Kecamatan Tanjung Batu, itu menghembuskan napas terakhirnya setelah pelipis kanannya ditembus timah panas anggota Brimob Polda Sumsel. Peristiwa berdarah itu, terjadi Jumat (27/7) sekitar pukul 15.45 WIB di Dusun II Desa Limbung Jaya II Kecamatan Tanjung Batu.
Selain itu, 5 orang warga juga menderita luka-luka. Kelima warga Limbang Jaya II, itu bernama Rusman (36) luka tembak tangan kiri, dan kepala robek. Farida (40), luka tembak di bahu kanan, Yarman (30), luka tembak di tangan kanan, dan Jessica (18), luka robek di betis kanan, akibat pecahan kaca. Mereka kini menjalani perawatan di RS Bhayangkara, Jl Jendral Sudirman. Satu lagi korban Sobri, luka di bagian bokong. Belum diketahui akibat pantulan peluru atau pecahan benda lain. Ia tidak dirawat di RS, melainkan tetap tinggal di desanya.
Bagaimana kejadiannya? Begini... Informasi yang dihimpun Sumatera Ekspres dari lapangan, Jumat sore, sekitar pukul 15.30 WIB, iring-iringan mobil yang mengangkut anggota Brimob melakukan patroli di Desa Tannjung Pinang II. Di belakang lima mobil terdapat beberapa mobil lainnya. Jalan dalam Desa Tanjung Pinang II dilintasi rombongan Brimob dan melanjutkan perjalanan ke Desa Limbung Jaya II. Jaraknya sekitar 1 Km dari Desa Tanjung Pinang II.
Korban Angga Prima yang merasa asing dengan konvoi mobil yang ditumpangi Brimob, mengikuti arah mobil sampai kr Desa Limbang Jaya II. Saat memasuki Simpang Tiga Desa Limbang Jaya II, mobil mobil rombongan anggota Brimob dilempar batu oleh oleh warga desa setempat.
Anggota Brimob pun melakukan penyisiran terhadap warga Desa Limbang Jaya II. Kedatangan konvoi anggota Brimob tersebut sempat ditemui saksi Subhan (38) yang merupakan anggota BPD dan M Syukri (42), P3N Desa Limbang Jaya II. "Sebagai perangkat desa, kami sempat bertanya kepada anggota Brimob yang melakukan patroli. Niat baik kami mengenalkan diri dan menemui anggota Brimob bukannya disambut baik. Tetapi kata-kata kurang pantas diucapkan anggota Brimob," kata Subhan dann Syukri bersamaan.
Perbincangan antara saksi Subhan dan Syukri tersebut terjadi di Dusun II Desa Limbang Jaya II atau tepatnya di depan masjid. Sebelum berdialog, anggota Brimob sempat mengeluarkan tembakan peringatn ke atas. Pada saat itu, ratusan warga sudah berdatangan mendekati annggota Brimob. Mereka bersenjata parang, golok, batu, dan sajam lainnya.
Terjadi ketegangan antara warga dan anggota Brimob. Entah siapa yang mendahului, tiba-tiba satu lemparan batu mengarah ke arah anggota Brimob. Pada saat anggota Brimob dengan senjata terkokang langsung mengarahkan tembakan datar ke arah kerumunan warga secara membabi buta. Spontan, berondongan peluru tersebut membuat warga kocar-kacir.
Saat berondongan peluru keluar dari moncong senjata, satu peluru mengenai kepala korban Angga Prima yang berdiri di depan pagar rumah warga. Saking kerasnya tembakan membuat tubuh Angga terpental sejauh satu meter. Korban pun tewas di TKP. Supriyadi (35), paman korban yang mengetahui kemenakannya mengalami luka tembak, langsung mendekati dan berusaha membopong tubuh korban. Namun upaya itu sempat dihalangi anggota Brimob. Tubuh saksi Supriyadi sempat didorong anggota Brimob.
Kematian Anngga di tangan anggota Brimob membuat ratusan warga Desa Tanjung Pinang II dan Limbang Jaya II berkumpul di TKP dan rumah almarhum. Petugas TNI dan Polri sendiri terlihat dengan kekuatan penuh berjaga di Simpang Desa Tanjung Pinang untuk mmencegah hal-hal yyang tidak diinginkan. Suasana mencekam di jalan masuk menuju Desa Tanjung Pinang II dan Limbang Jaya II. Ratusan personil TNI dan Polri tersebut meninggalkan lokasi pada pukul 20.30.
Terpisah, Asiah, Ibu dari Jessica--salah satu korban--, mengatakan begitu tahu kedatangan aparat kepolisian dalam jumlah banyak dan bersenjata lengkap, warga memukul beduk. "Sudah jadi tradisi kami bila ada apa-apa memukul beduk. Setelah beduk di pukul, seluruh warga berkumpul."
Selang setengah jam, terjadilah perdebatan antara warga. Kemudian ada beberapa warga yang melemmpari petugas dengan batu. Nah, waktu itu langsung Brimob menembak ke atas dua kali. "Mereka langsung menembaki kami secara membabi buta. Kami banyak yang melarikan diri," ungkapnya saat ditemui di RS Bhyangkara tadi malam.
Yang diketahuinya, Kedatangan petugas ke desanya untuk patroli. "Waktu itu, alasan Brimob datang katanya hanya untuk patroli, tetapi nyatanya mereka menembaki kami. Sebagian warga diamcam oleh Brimob. Malah mereka ada yang mengatakan matikan semua warga. Seperti mau perang," ucapnya sambil menerawang.
Hal senada disampaikan oleh Syahril (27), adik kandung dari Herman. "Yang saya tahu, di lokasi ada enam mobil truk besar yang yang membawa petugas. Di depan posisinya gegana, mereka memakai pakaian hitam-hitam. Kemudian di barisan belakang Brimob. Mereka memakai seragam coklat. Yang menembaki kami itu adalah pakaian hitam-hitam," ungkap Syahril yang saat itu terlihat memakai yang sudah lusuh akibat bercak darah di bajunya.
Selain itu, Adam (25) sopir yang membawa korban Herman dan Farida ke RS Bhayangkara menuturkan peristiwa tersebut sekitar pukul 16.30 WIB. "Sebenarnya korban masih banyak, mas. Tetapi yang baru diketahui baru enam. Korban Rusman dibawa ambulance puskesmas Tanjung Batu ke RS Bhayangkara. Kalau saya bawa korban Herman dan Farida menggunakan mobil anggota dewan OI. Kebetulan, anggota dewan itu adalah om saya," jelasnya.
Penggaanti sementara Kabid Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod Padakova, mengatakan awalnya sore itu, 120 personel Tim Olah TKP dan Dialogis, memasuki memasuki lokasi kejadian. Terdiri atas 30 personel Polres OI dari Satuan Reskrim, Sabhara, Intelkam, diback up 90 personel Satuan Brimob Polda Sumsel. "Mereka mengendarai 16 unti mobil, ada rantis, pribadi, dan EOD Gegana Brimob," ujar Djarod.
Maksud kedatangan Tim Olah TKP dan Diaogis, hendak melakukan Olah TKP terkait hilangannya 120 ton pupuk dari Rayon III PTPN VII Cinta Manis, pada 17 Juli lalu. Sebab Kamis (26/7), petugas berhasil menemukan 5 ton pupuk yang hilang itu, di sekitar areal perkuburan. "Begitu di lokasi kejadian, disambut lemparan batu dan senjata tajam oleh warga. Tim sempat berusaha dialogis dan memberikan tembakan peringatan udara," katanya.
Namun warga tetap melakukan perlawanan, hingga akhirnya terjadi kontak antara polisi dan warga. Dalam kontak itu, sambung Djarod, belum ada laporan anggota polisi yang terluka. Namun, ke 16 mobil polisi tersebut dirusak warga. "Dari laporan Kapolres OI, dari pihak warga ada satu anak berusia 14 tahun yang meninggal dunia, tiga luka-luka. identitasnya masih didata, yang penting kita melakukan penyelamatan dulu," imbuhnya.
Terkait bentrokan yang menimbulkan korban jiwa dari pihak warga dan kerusakan mobil dari kepolisian, Djarod menegaskan Bidang Propam Polda Sumsel langsung membentuk Tim Penyidik.
Ada wacana menarik personel dari lapangan? Djarod mengatakan belum ada rencana itu, tetap akan melakukan pengamanan di lapangan, untuk aset-aset PTPN VII. "Kendali di lapanganan, masih di bawah Kapolres OI yang punya wilayah. Baik itu personel Polres OI sendiri, maupun yang dari Polda Sumsel maupun Brimob Polda Sumsel. Kita juga dibantu oleh pihak TNI. Wilayah yang dijaga 'kan, ada di Rayon III, Induk, dan lainny," terangnya.
Djarod juga mengimbau, warga untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi. Apalagi untuk sementara ini, pasca kejadian situasi sudah mulai kondusif. "Kami tegaskan lagi, tidak ada balita yang meninggal. Dan yang meninggal dunia bukan dua orang, tapi satu orang. Yaitu yang anak berusia 14 tahun tadi, seperti laporan Kapolres OI," tukasnya.
Mabes-Komnas HAM Turun Tangan
Mabes Polri dan Komnas HAM sama-sama akan menurunkann tim ke lokasi kejadian. "Terkait kasus Cinta Manis kami ikuti terus. Untuk yang barusan (bentrok Kemarin), kami belum banyak dapat info, tapi segera kami tangani. Soal korban, ditembak atau tertembak, polisi harus tanggung jawab," cetus Komisioner Komnas HAM, Joni Nelson Simanjuntak, kemarin. (dom/air/cj7/cj3/cjl2)
Sumatera Ekspres, Sabtu, 28 Juli 2012
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
Sang Kakak Sempat Terjepit Mesin
Gelapnya malam membuat Simpang Desa Tanjung Pinang yang terletak di Jalan Meranjat-Tanjung Batu Km 17, makin mencekam, Apalagi, di sana ratusan petufgas dari anggota Brimob dan Polri terlihat berjaga pascaaksi sweeping yang mereka lakukan. Tatkala Sumatera Ekpres menyambangi kediaman angga Prima bin Darmawan (13), korban peluru Brimob, di Desa Tanjung Pinang, terlihat para pelayat berdatangan. Rumah panggung sekitar 10x10 meter persegi itupun sesak oleh sanak keluarga dan warga Desa Tanjung Pinang II yang ingin melihat dari dekat kondisi tubuh Angga Prima yang terbujur kaku dan ditutupi kain panjang.
Di belakang kepala almarhum Angga Prima, sang Ibu Yohana (45) berusaha tegar dan menerima kenyataan yang ada. "Silakan masuk Pak," ujar seorang keluarga Yohana.
Ketika itu, ibu almarhum Angga itu terlihat menahan tangis saat menceritakan detik-detik menjelang kepergian anak keempat dari enam bersaudara dari suami tercintanya Darmawan (45). Menurut dia, saat anggota Brimob melakukan patroli ke Desa Tanjung Pinang II, dirinya sedang memintal ikan hasil dari menjala Rifaldi (14) anak ketiganya.
Dua beranak itu bahu membahu memintal ikan menggunaka mesin penghancur untuk dijadikan pempek dan kemplang. "Kami berdua tidak mengetahui jika Angga mengiringi mobil Brimob menuju Desa Limbang Jaya II karena sedang memintal ikan di rumah," kata Yohana mengawali pembicaraan.
Dia sendiri mengetahui jika anaknya yang duduk di bangku kelas X MTs ini dari Azhar (50), warga Desa Limbang Jaya yang merupakan besannya. "Kak AZhar yang memberitahu jika Angga menjadi korban penembakan anggota Brimob," tutur Yohana.
Di mata keluarga, Angga dikenal sebagai anak periang yang suka membantu orang tua. Dugaan keluarga, karena rasa ingin tahu dan aneh melihat banyak mobil polisi yang masuk ke desa membuat Angga mengikuti konvoi anggota Brimob sampai Desa Limbang Jaya II. "Sudah 50 tahun saya hidup, bari kali ini desa kami didatangi Brimob seperti mau perang," timpa Azhar.
Yohana sendiri tidak memiliki firasat jika anak keempatnya itu akan untuk selamanya. Apalagi, baru dua hari Darmawan, suaminya berangkat merantau ke Jambi menjadi pandai besi. Hanya Rifaldi, sang kakak punya firasat tidak baik saat adiknya tewas. Tangan kanannya yang sedang memasukan daging ikan yang akan dipintal sempat masuk dan terjepit mesin. Tetapi dia langsung menarik tangan kanannya. "Mungkin itulah firasat jika Angga akan meninggal," tukasny. (*)
0 komentar:
Posting Komentar