Selasa, 31 Juli 2012

Instruksi Presiden (kok) Diabaikan

Di Balik Bentrok Warga-Polisi di Limbang Jaya II, Ogan Ilir

LEMABANG 2008

Kejadian yang menyebabkan seorang tewas dan beberapa warga Dusun II Limbang Jaya II, Ogan Ilir terluka kena peluru aparat sebetulnya tidak perlu terjadi asalkan semua pihak bisa menahan diri.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * *



Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI, Nurkholis SH, menyesalkan jatuhnya korban jiwa dalam insiden di Desa Limbang Jaya, Kecamtan Tanjung Batu, Ogan Ilir (OI).

"Komnas HAM menyampaikan belasungkawa dansangat menyesalkan atas jatuhnya korban sampai meninggal dunia," katanya, kemarin. menurut Nurkholis, pada 25 Juli lalu, Presiden SBY meminta seluruh jajaran pemerintah untuk menyelesaikan konflik warga OI dengan PTPN VII Cinta Manis, tidak semata-mata melalui penegakaan hukum, tapi juga pendekatan sosial dan budaya.

"Kami tidak habis pikir, instruksi itu sifatnya terbuka dan mengikat. Kok Polda mengabaikan instruksi itu. Inilah yang salah satunya akan kami cari tahu." ucapnya. Pascajatuhnya korban meninggal Angga (12) dan lima korban terluka, Komnas HAM meminta Kapolda Sumsel mengambil alih kendali atas seluruh operasi di lapangan guna mencegah meluasnya konflik dan jatuhnya korban lain.

"Kita akan cari tahu siapa yang memberiakan perintah polisi untuk sweeping ke desa-desa warga." tegas Nurkholis. Selain itu, Komnas HAM juga akan menggali lebih dalam soal konflik lahan antara warga dan PTPN VII sendiri. Karena itu, rencananya Senin pagi, tiga tim dari Komnas HAM akan bertolak dari Jakarta langsung menuju ke Ogan Ilir, lokasi konflik.

"Kemungkinan bersama Komisi III DPI-RI dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) karena salah satu korbannya anak-anak." tuturnya. Komnas HAM juga melibatkan tim lokal yang saat ini telah bergerak mengumpulkan data dan bukti dari lapangan. Di lokasi, Komnas HAM akan bertemu dengan para warga, PTPN VII dan jajaran Polres OI.

"Setelah itu, kita juga berencana ketemu langsung dengan Kapolda Sumsel untuk meminta penjelasan terkait kasus ini," beber Nurkholis. Termmasuklah mencari tahu kebenaran dari dua versi berbeda seputar terjadinya bentrok polisi dan warga yang menimbulkan seorang meninggal dan beberapa lainnya terluka. "Ada versi warga dan LSM, ada polisi. Kita akan cari tahu kebenaran dari dua versi dan harus ada pihak yanng bertanggung jawab," tukasnya.

Anggota DPR-RI Ahmad Yani SH MH, menyampaikan belasungkawa dan sangat menyesalkan jatuhnya korban jiwa dalam konflik warga dan PTPN VII yang melibatkan jajaran kepolisian. "Seharusnya gunakan pendekatan dialog dan persuasip, bukan kekerasan dan hukum semata," cetusnya. Ia melihat, terjadinya bentrok polisi dan warga karena kepolisian tidak mengindahkan instruksi Presiden RI 25 Juli lalu tersebut.

"Kita akan mendesak Komisi III agar segera turun dan ke lokasi kejadian melakukan investigasi kasus ini," tegas Yani. Kapolda Sumsel diminta untuk personelnya dalam upaya mendinginkan suasana dan mengambil alih kendali atas seluruh operasi. Lalu melakukan pendekatan persuasif dan dialog dengan tokoh masyarakat dan ulama guna mencegah meluasnya konflik dan jatuhnya korban lain. (tha/ce1)


Tak Inginkan Bentrok Terjadi



Pengganti sementara Kabid Humas Polda Sumsel, AKBP Djarod Pakadova, mengatakan, hasil autopsi belum dikeluarkan Biddokkses Polda Sumsel. Kondisi terakhir enam warga yang dirawat mulai membaik.

Terkait penembakan dari aparat Brimob sehingga mengenai beberapa warga, kasus ini akan diselidiki Bidang Propam Polda Sumsel. Dalam TKP, peluru yang dikeluarkan aparat peluru gas air mata, peluru hampa, dan peluru karet. Diduga peluru yang mengenai para warga ialah pantulan dari peluru hampa dan peluru karet.

"Tapi intinya hasil melihat otopsi yang akan diumumkan oleh Kabiddokkes Polda Sumsel nantinya," ucap Djarod. Saat ini, 1.500 petugas gabungan Polda, Polres, Polsek, dan Brimob masih menjaga agar situasi di lapangan tetap kondusif.

Kata Djarod, keberadaan aparat di lapangan hanya ingin mencegah tindakan anarkis serta perusakan aset vital nasional milik negara. "Waktu itu, petugas yang patroli dihadang , dilempar cuka para, serta ada warga yag membawa senjata tajam, tidak kondusif. Kita sangat tidak ingin kejadian (bentrok,
red) seperti ini terjadi," tukasnya. (*/ce1)


Desak Usut Tuntas Pelaku Penembakan



INDERALAYA -- Nasib yang dialami tiga warga Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir (OI) yang menjadi korban anggota Brimob Polda Sumsel berbeda-beda. Korban Farida (49) yang mengalami luka robek di lengan atas ternyata berbeda-beda. Korban Farida yang biasanya hanya memasak, pada kejadian ingin mencari kemenakannya yang karena terjadi hal-hal yang tidak diinginkan malah diancam anggota Brimob.

"Bibi saya hanya ingin memastikan apakah korban yang meninggal itu kemenakannya atau bukan. Tetapi ternyata malah diancam untuk tidak mendekati mayat almarhum Angga," kata Rian, keponakan korban Farida.

Menurut Rian, bibinya mengalami dua luka serempetan anggota Brimob. Yakni di lemgan atas dan pundak. Buktinya baju yang dikenakan berlubang bekas tembakan petugas. "Lengan bibi saya terluka akibat peluru petugas," ujar Rian.

Bagaimana dengan korban Yaman (45), warga Dusun III Desa Limbang Jaya I yang mengalami nasib serupa. Saat kejadian, korban yang bekerja sebagai pandai besi ini berlari ke arah jalan karena terdapat kerumunan warga. Jarak antara korban dengan anggota Brimob sekitar 30 meter. Namun lengan atasnya terkena serempetan peluru petugas. Yaman sendiri saat berpapasan dengan anggota Brimob sempat mengangkat tangan tanda orang menyerah. Tetapi tindakan korban tidak digubris.

Nasib sedikit tragis dialami korban Rusman (37), warga Dusun I Desa Limbang Jaya I ini. Luka yang dialami di lengan atasnya cukup besar dan harus diamputasi. "Tangan suami saya sudah diperiksa dokter bedah dan harus diamputasi karena proyektil peluru masih menempel," kata Siti Khadijah, istri korban. Keluarga tiga korban mengutuk keras aksi brutal yang dilakukan anggota Brimob terhadap warga Desa Limbang Jaya dan Tanjung Pinang. "Pelaku penembakan harus diusut tuntas dan kalau bisa dihukum tembak sama karena telah melukai warga," kata Purnaman (42), adik kandung korban Yaman, (dom/roz/ce1)


Polri Harus Bertanggung Jawab



Puluhan pendemo yang mengatasnamakan Mahasiswa Hijau Indonesia (MHI) menyambangi Mapolda Sumsel, kemarin. Dalam aksnnya terkait kontak fisik yang menyebabkan seorang anak 13 tahun tewas tertembak di Ogan Ilir, pendemo mendesak Kapolda Sumsel dicopot dari jabatannya.

Pendemo mengecam keras tindakan personel Brimob yang membabi buta melepaskan tembakan di Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir (OI).

"Mereka harusnya malu, senjata yang mereka gunakan untuk menembaki rakyat itu dibeli pakai uang rakyat. Kok digunakan untuk membunuh rakyat. Kasus ini harus diusut tuntas. Kalau Kapolda tidak bisa menyelesaikan masalah ini sebaiknya dicopot saja," tegas koodinator aksi, Hamzah.

Selain menuntut pencopotan Kapolda Sumsel dan Kapolres Ogan Ilir, dalam aksi tersebut pendemo juga menyampaikan tujuh tuntutan lannya. Mereka mendesak Polda segera menarik mundur personelnya dari wilayah PTPN VII Cinta Manis. Kemudian, mengusut tuntas dan memberhentikan aparat yang terlibat dalam tindakan kekerasan dan penghilangan nyawa di OI.

Lalu meminta pencabutan HGU PTPN VII Cinta Manis di OI serta membebaskan seluruh petani OI yang ditahan. "Kapolri harus bertanggung jawabatas tindakan kekerasan dan pembunuhan yang terjadi di OI. Kita juga minta tanah petani OI segera dibebaskan," jelasnya.

Setelah berorasi sekitar satu jam, massa aksi ditemui Kasubid PID Polda Sumsel, AKBP Nachrowi. "Tidak ada yang kita tutup-tutupi dalam kasus ini. Namun kita minta semua bersabar. Semuanya membutuhkan proses, tidak bisa instan dan langsung selesai. Sebagai putera daerah saya juga sangat menyayangkan kejadian ini. Tapi kita harap semua masyarakat tenang dan sabar," imbuh Nachrowi. (wek/ce1)

Sumatera Ekspres, Minggu 29 Juli 2012

0 komentar:

Posting Komentar