MEDAN - Kekerasan dan aksi menghalang-halangi kerja jurnalistik kembali terjadi. Kali ini menimpa jurnalis televisi, Bahana Situmorang.
Korban yang bekerja sebagai reporter TV One Medan, Sumatera Utara, ini dianiaya oknum polisi dari Satuan Sabhara Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) yang bertugas di asrama Haji Embarkasi Polonia Medan, di Jalan AH Nasution, Kamis (27/9/2012).
Kepala Biro TV One Medan Linova sangat menyesalkan kejadian ini. Dia mengatakan, korban akan melaporkan pelaku hari ini ke Polda Sumut agar menjadi pembelajaran buat yang lain.
"Upaya hukum yang ditempuh sebagai bentuk pembelajaran bagi kita semua khususnya aparat agar tidak melecehkan tugas dan fungsi jurnalis TV di lapangan. Kami sangat menyayangkan insiden seperti ini masih terjadi di kalangan jurnalis," katanya, Jumat (28/9/2012).
Dia mencatat dalam setahun terakhir lima reporternya mengalami kasus tak jauh berbeda dengan kejadian yang dialami korban. Kontributor Kabupaten Tanah Karo belum lama lalu nyaris dibunuh dan dirampok, bahkan difitnah oleh si pelaku. Insiden yang diselesaikan damai juga terjadi saat liputan di Rutan Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat.
Ramadhan lalu, kameramen dipukul oleh pengunjung tempat hiburan malam yang dirazia. Terakhir reporter yang dipukul petugas medis saat bertanya mengapa pelayanan ditutup cepat.
Ini menunjukkan banyak yang belum memahami tugas jurnalistik TV. Catatan ini belum ditambah kejadian yang menimpa jurnalis TV lain di tahun yang sama.
"Sungguh memprihatinkan, di tengah euforia demokrasi dan wartawan begitu bersemangatnya membuat pemberitaan untuk perubahan yang lebih baik negeri ini, malah menjadi korban pihak-pihak yang tak paham tugas yang diemban jurnalis," tegas Nova.
Untuk diketahui, peristiwa ini bermula saat korban melakukan peliputan terhadap aktivitas jamaah calon haji selama di asrama. Terjadi keributan antara polisi yang berjaga dan keluarga calon jamaah yang ingin masuk ke asrama.
"Saat ingin mengambil gambar keributan itu, aku langsung dicekik polisi yang diketahui bernama Brigadir Irvansyah," kata korban.
"Ngapain kau ambil gambar, tak usah kau urusi di sini, sana saja kau kalau mau liputan," ucap korban menirukan ucapan pelaku.
Korban sempat bertanya kepada pelaku mengapa melakukan tindakan arogan tersebut kepada dirinya yang sedang menjalani tugas jurnalistik, tapi oknum polisi itu tidak memedulikannya.
Keributan dimulai saat polisi yang berjaga melarang keluarga calon jamaah masuk ke asrama karena tidak memiliki ID Pass khusus untuk pengunjung. Tetapi, peraturan tersebut ternyata tidak berlaku untuk semua.
Humas Polda Sumut Kombes Raden Heru Prakoso yang dihubungi wartawan via seluler mengatakan sudah menghubungi Kabiro TV One Medan untuk meminta maaf.
"Saya sudah menelepon Kabiro TV One dan saya meminta maaf. Mungkin hanya miss komunikasi saja saat itu," kata Heru sambil menambahkan, peristiwa ini tidaklah perlu diperpanjang.
"Jika anggotanya salah, saya minta maaf. Silakan kalau mau melapor ke Bid Propam, itu hak dia," tegasnya.
Linova mengakui, seusai insiden, dirinya menerima permintaan maaf dari humas Polda Sumut.
"Tapi, pimpinan di Jakarta minta proses hukum tetap diteruskan agar menjadi pembelajaran buat yang lain," ucap mantan Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumut ini.
Editor : Sudarwan
Sumber : Kompas.com
Sriwijaya Post - Jumat, 28 September 2012