Senin, 24 Desember 2012

Seribu Bunga Tanda Kasih Romi pada Ibu

Seribu Bunga Tanda Kasih Romi pada Ibu
Hj Masyito Romi Terima Bunga dari Mahasiswa

Tak ada kehidupan dan tiada kesuksesan tanpa restu ibu.Itulahprensip hidup yang dipegang H Romi Herton. Pribadinya sadar betul bahwa sebagai seorang anak kita harus menghormati dan menghargai ibu, di mana pun dan kapan pun. Karena keperdulian terhadap kaum ibu itulah, Sabtu (21/12) pagi, Wakil Wali Kota Palembang ini bersama istri tercintanya Hj Masyito Romi, ikut bersama membaur komunitas Sober's (Sobat Romi) membagikan seribu bunga kepada para pengendara dan pejalan kaki di kawasan Bundaran Air Mancur dan perempatan Simpang Polda,Palembang.

embagian seribu bunga ini sekaligus menandakan peringatan Hari Ibu. Tanpa sungkan dan tak menghiraukan hempasan debu dan desingan mesin kendaraan, Romi dan istri tampak ikut bersemangat menyerahkan tangkai kepada warga. Kepada sejumlah warga yang menerima bunga tersebut, dia berpesan agar meningkatkan rasa cinta dan hormat kepada ibu. "Jadikan momen Hari Ibu ini untuk makin menghargai ibu kita," katanya seraya mengingatkan makna tersirat dari pepatah kuno "Surga di Bawah Telapak Kaki Ibu". Bagi kaum pria, lanjut Romi, menghorati istri juga bagian dari bentuk cinta kepada ibu.

Sementara ditemui di sela-sela penyerahan bunga, Hj Masyito Romi, mengatakan, kegiatan adalah salah satu bentuk penghormatan sedalam-dalamnya kepada ibu yang melahirkan dan membesarkan kita. "Maka itu tema seribu bunga untuk ibu ini pertanda penghormatan kita. Dan rasa cinta kita kepada ibu ini tidak terbatas pada momen Hari Ibu saja, tapi setiap hari," katanya.

Sementara itu, M Putro, koordinator Sober's, mengatakan bahwa Hari Ibu ini merupakan hari yang special untuk kaum hawa. Ia jua menilai bahwa Hj Masyito Romi adalah sosok wanita yang sangat menghormati ibu dan suaminya, yang memilik naluri kepedulian kepada masyarakat. "Kami juga secara langsung memberiikan bunga kepada Hj Masyito Romi," kata Putro.

Hal senada diungkap Okka, salah satu komunitas MU Kota Palembang, yang turut serta dalam acara pembagian seribu bunga. "Ibu kita adalah orang yang paling hebat yang selalu berjuang untuk anaknya. Sementara Ibu Masyito sebagai istri pejabat, dia sangat tetap santun dan sederhana. Sikapnya ini juga berkat kepribadian suaminya Romi Herton," kata Okka.

Sementara pembagian seribu bunga, siang harinya Hj Masyito melanjutkan kunjungan ke Panti Sosial Tresna Werda Teratai di Jl Sosial Jaya, Km 6, Palembang. Di panti ini wanita berjilbab ini menemui para penghuni panti, terutama kaum ibu yang sudah berusia lanjut. Tanpa sungkan Hj Masyito bercengkrama dengan para penghuni panti. Kehadiran Hj Masyito tersebut pun disambut hangat penghuni panti. Pada kesempatan ini dia juga memberikan tanda kasih berupa sembako, pakaian, dan selimut. (adv)

Sumatera Ekspres, Senin, 24 Desember 2012

Pusri Berikan Santunan untuk 500 Anak Yatim

Pusri Berikan Santunan untuk 500 Anak Yatim
Jelang HUT Ke-53 Tahun

PT Pupuk Sriwijaya (PUSRI) Palembang menggelar dzikir, doa bersama, serta pemberian santunan kepada 500 anak yatim piatu yang dikelola oleh Yayasan Amil Zakat Pusri (Yazri). Kegiatan ini merupakan rangkaian menyambut Ulang Tahun PT Pusri ke-53 dan jatuh besok (hari ini, red), kemarin (23/12) dipusatkan di Masjid Al-Aqobah 1, Kompleks PT Pusri Palembang.

"Ada 500 anak yatim piatu yang yang tinggal di lingkungan karyawan PT Pusri yang kami undang. Dimana dananya sendiri merupakan zakat dari para karyawan yang dikelola Yazri," ujar Direktur PT Pusri, Ir Djohan Safri, melalui Ketua Yazri sekaligus Manager Ketenagakerjaan PT Pusri Palembang Ansori Toyib SE MM, disela-sela acara.

Diakuinya, kegiatan dzikir dan doa bersama bersama anak yatim piatu ini baru pertama kali digelar karena selama ini kegiatan yang dilakukan hanya sebatas pemberian santunan.

"Mengingat ke depan, banyak program besar yang akan dilakukan PT Pusri, maka kami sangat mengharapkan bantuan doa dari anak-anak yatim piatu tersebut agar semua rencana dapat berjalan dengan lancar. Sehingga nantinya, semua yang akan dilakukan para karyawan bisa sukses, dan zakat yang akan dikeluarkan akan lebih banyak lagi. Kami optimis ke depan jumlah santunan zakat ini akan bertambah dan kegiatan semacam ini akan menjadi agenda rutin tahunan," terangnya.

Sementara Ketua Peribadatan Masjid Al-Aqobah 1 PT Pusri, A Rohim, didampingi koordinator pelaksana Ahmad Rifai, mengatakan, pihaknya sangat menyambut baik kegiatan semacam ini sehingga anak yatim piatu dapat terbantu untuk memenuhi keperluannya. "Mudah-mudahan apa yang teah dilakukan PT Pusri untuk membantu para anak yatim piatu ini mendapat berlipat pahala," harapnya.

Dalam kesempatan ini juga diisi dengan pembacaan puisi dan taushiyah yang diberikan ustadz cilik Taufiqurahman. (adv)

Sumatera Ekspres, Senin, 24 Desember 2012

Beri Izin Nikah Siri, Disanksi Tegas

Beri Izin Nikah Siri, Disanksi Tegas
PALEMBANG -- Sanksi tegas bakal diberikan kepada Kepala Kantor Urusan Agama (KUA), Penghulu, dan P3N yang sengaja memberikan izin dan menikahkan siri pasangan pengantin. Sanksi tegas tersebut berupa hukuman lima tahun penjara.

"Selain hukuman pidana lima tahun penjara, juga disanksi uang denda, dan pemecatan status kepegawaiannya," tegas Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Palembang, H M Al Fajri Zubaidi MM MPd, di Aula MAN 3 Palembang beberapa waktu lalu.

Menurutnya, nikah siri adalah pernikahan yang tidak tercatat di pemerintah. Jika pasangan pengantin tersebut tidak memiliki uang untuk membuat buku nikah (NA), pihaknya siap membantu untuk membuatkan secara gratis.

"Sudah ada programnya dari Kementerian Agama. Tentunya tidak ada permasalahan, tapi semua ada aturan dan syarat. Semua harus dipatuhi," ungkapnya.

Ia mengatakan, selama 2012, ada satu petugas P3N di Kecamatan Seberang Ulu I diberhentikan karena dengan sengaja menghadiri nikah siri. Saat ini, jumlah penghulu di Kota Palembang sebanyak 9 orang dan 16 kepala KUA, serta 143 orang P3N.

"Jumlah ini masih belum maksimal dalam membantu proses pencatatan bagi pasangan calon pengantin yang anak menikah," terangnya.

Ditambahkan Al Fajri, kaaupun calon pengantin tersebut berstatus janda atau duda, harus melampirkan surat keterangan dari Pengadilan Agama. Begitupun bagi calon pengantin yang berstatus janda atau duda ditinggal mati, harus melampirkan surat keterangan dari kecamatan dan kelurahan.

Nikah sesuai dengan syaratnya sudah termuat dan diatur dalam UU NO 1 Tahun 1974 yang menjelaskan apabila kedua pasangan akan melangsungkan pernikahan, maka harus sama-sama mengetahui status dari masing-masing pasangan.

"Diharapkan bagi masyarakat yang ingin menikah, harus tercatat di KUA masing-masing. Kalaupun tidak ada, segera lapor. Kemudian akan direkomendasi ke KUA terdekat dengan wilayahnya," tukasnya. (nni/via/ce4)
Sumatera Ekspres, Senin, 24 Desember 2012

2014, Kebun Inti Produksi Lagi

2014, Kebun Inti Produksi Lagi
PALEMBANG -- Perusahaan perkebunan milik PT Perkebunan Minanga Ogan (PT PMO) masih dalam tahap peremajaan lahan perkebunan kelapa sawit, pihaknya menargetkan produksi kebun inti kembali pada 2014 mendatang.

"Kami sudah jalankan peremajaan lahan mulai 2011 secara perlahan untuk kebun inti. Nanti pada tahun 2014 untuk kelapa sawit tersebut, diharapkan bisa diproduksi sehingga bisa menambah pencapaian maksimal kelapa sawit," ujar General Manager Operasional PT PMO Wilayah Sumsel Lampung, Yusdi Simbolon, saat ditemui wartawan koran ini usai acara silaturahmi di Gedung Graha Pena Palembang, Sabtu (22/12).

Menurutnya, pihaknya memang tidak memproduksi kelapa sawit dari kebun inti yang seluas 6.000 hektare. Namun, kebun plasma yang juga memiliki luas yang sama mempu menghasilkan sekitar 300-350 ton perhari. "Karena pabrik memiliki kapasitas produksi kelapa sawit sebanyak 60 ton perjam sehingga kami menmpung kelapa sawit dari petani di luar kebun dan perusahaan yang belum memiliki pabrik," terang dia.

Kebun inti seluas 6.000 hektare yang belum bisa memproduksi mengakibatkan penurunan omzet. Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih berkualitas, pihaknya melakukan peremajaan tersebut secara per 2.000 lahan. "Kita sudah selama 30 tahun berdiri . Sehingga untuk peremajaan lahan, sangat diperlukan," ungkap dia.

Kepala KUD PT PMO, Zakki Hakim menambahkan, saat ini ada sekitar 18 KUD yang terserap di perusahaan perkebunan yang mengumpulkan TBS kelapa sawit. "Kami hanya terima hasil produksi. Untuk harga, ditentukan Dirjenbun yang disesuaikan perdagangan internasional sehingga tidak ada tawar-menawar," unkapnya.

Manager HRD PT PMO, Abdul Satar, menuturkan pihaknya memiliki pekerja lebih dari 3.000 orang, dimana untuk karyawan tetap, sekitar 1.700 orang dan sisinya merupakan pekerja borongan.

Satar mengaku, perusahaan setiap tahunnya sudah melakukan berbagai kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) sesuai dengan program yang ada dengan alokasi dana sebesar Rp 1 miliar. "Kami berharap perusahaan ini menjadi industri kelapa sawit nomor satu di Indonesia," harapnya.

Turut hadir dalam acara silaturahmi tersebut, Manager HRD Sumatera Ekspres Hamka Abdullah, Manager Advertising Area Palembang St Reno Irawan, Pimpinan Redaksi Agus Srimudin. (cj15/via/ce4)

Sumatera Ekspres, Senin, 24 Desember 2012

Rumah SAD Memprihatinkan

Rumah SAD Memprihatinkan
MUSI RAWAS -- Pembangunan rumah, yang diperuntukkan bagi Suku Anak Dalam yang tersebar di beberapa desa di Mura, dinilai tak layak untuk ditempati. Seperti di Desa Sungai Jernih, Kecamatan Rupit. Pembangunan rumah, yang merupakan program pusat lewat dana APBN, jauh dari batas kewajaran. Ukuran rumah hanya 2x3 meter. "Rumah bantuan pemerintah sangat kecil, seperti kandang ayam dan lantainya tanah. Saya dan keluarga harus berhimpitan saat tidur di atas bambu," kata Bebek (59), salah satu warga Suku Anak Dalam di Desa Sungai Jernih.

Dikatakannya, meski rumah ini kecil, dirinya bersama keluarga tetap menjalankan aktivitas, mulai dari tidur hingga memasak di tempat yang sama. "Jadi kondisinya pengap meskipun ada satu pintu dan satu jendela," ujar bapak enam anak ini.

Rumah berdinding papan dengan atap asbes tersebut saat ditempatinya lima tahun lalu kosong melompong. Tak ada dana bantuan seperti yang diprogramkan pemerintah selama tiga tahun, seperti memberikan bantuan perabot, uang, dan pendidikan.

Dikatakan, perabotan rumah tangga dan pakaian yang dikenakan merupakan hasil kerja keras mereka. "Ya, hanya rumah ini, yang lain kami diminta berusaha sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, saya harus masuk ke hutan mengumpulkan getah karet. Dalam seminggu, mampu mengumpulkan 5 kg getah karet," kata Bebek.

Sudiman (60), Kepala Dusun (Kadus) Suku Anak Dalam mengatakan, di dusunnya terdapat 32 unit rumah bantuan pemerintah. "Semuanya berukuran 2x3 meter. Padahal, rencananya waktu itu kan dibangun ukuran 6x4 meter," jelasnya.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Mura, Susilawati, memalui Kasi Pembinaan Pemberdayaan Komunitas Adat Tertinggal, Zailan mengatakan, bahan bangunan rumah ukuran 3x6 meter. Normalnya yang layak huni ukuran 4x6 meter. "Suku Anak Dalam yang menempati rumah bantuan pemerintah di awal penempatan diberikan program bantuan selama tiga tahun berupa uang," ujarnya.

Penyediaan rumah tersebar di Desa Tebing Tinggi, Kecamatan Nibung sebanyak 100 unit rumah, Desa Harapan Makmur, Kecamatan Lakitan terdapat 35 unit rumah, dan Desa Muara Tiku, Kecamatan Karang Jaya sebanyak 50 unit rumah. "Di Desa Sungai Jernih, Kecapatan Rupit ada 35 unit eumah," ujarnya. (wek/sms/ce4)

Sumatera Ekspres, Senin, 24 Desember 2012

Tiap Minggu 3 Orang Tewas

Tiap Minggu 3 Orang Tewas
SEKAYU -- angka kecelakaan lalu lintas di wilayah Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) pada tahun 2012 mencapai 236 kejadian. "Berdasarkan data lakalantas oleh Polres Muba, angka kecelakaan pada tahun ini terhitung Januari 2012 hingga 23 Desember, sebanyak 236 kejadian," ungkap Kapolres Muba AKBP Iskandar F Sutisna melalui Kasat Lantas AKP Andi Kumara SH SIk kepada koran ini, kemarin (23/12).

Menurutnya, dari 236 kejadian tersebut, sebanyak 137 orang dinyatakan meninggal akibat kecelakaan, sedangkan korban yang mengalami luka berat sebanyak 222 orang dan luka ringan sebanyak 153 orang . "Kalau kita hitung rata-ratanya hampir setiap minggunya 3 orang tewas akibat kecelakaan," tambahnya.

Begitu juga bila dikalkulasikan kerugian material nilainya cukup tinggi. Yakni sebesar Rp 2.501.000.000. "Jadi selain menyebabkan hilangnya nyawa akibat laka lantas, juga kerugian material yang mencapai di atas Rp 2,5 miliar, angka yang cukup tinggi," lanjutnya.

Beberapa penyebab faktor tinggi laka lantas tersebut yang didominasi pemuda, diantara penyebabnya yakni kondisi jalan yang mulus dan tikungan. "Jalan lintas timur (Jalintim) saja panjang jalannya mencapai 127 km, dengan kondisi jalan mulus dan tikungan, ini salah satu penyebab tingginya kecelakaan di Muba," paparnya.

Sedangkan untuk di jalan lintas tengah (Jalinteng) panjangnya mencapai 156 km, dengan kondisi kurang baik. Di Jalinteng ini banyak sekali kerusakan jalan, sehingga salah satu faktor penyumbang tingkat kecelakaan dan kemacetan.

Nah, dalam rangka Operasi Lilin 2012 yang sudah mulai digelar, pihaknya berusaha menekan angka kecelakaan trsebut. Caranya, memberi imbauan dan peringatan kepada pengguna jalan untuk selalu waspada dan berhati-hati serta melengkapi semua persyaratan dalam berlalu lintas.

Sementara itu, menjelang libur natal dan tahun baru serta libur sekolah belum terjadi lonjakan arus lalu lintas di jalan lintas timur Palembang-Jambi terutama di wilayah Kabupaten Muba hingga ke batas Jambi-Sumsel. "Masih normal, hanya ada peningkatan sedikit pada kendaraan pribadi," ujar anggota Poslantas Sukamaju Brigadir ndry SH.

Mengantisipasi kemacetan dan kriminalitas polisi mendirikan pos pelayanan dan pengamanan di pusat Kota Sungai Lilin. (sid/kur/lia/ce3)

Sumatera Ekspres, Senin, 24 Desember 2012

Sabtu, 20 Oktober 2012

Makna Lambang Sumatera Selatan

Lambang Sumatera Selatan berbentuk perisai bersudut lima. Di dalamnya terdapat lukisan bunga teratai, batang hari sembilan, jembatan Ampera, dan gunung serta di atasnya terdapat atap rumah khas Sumatera Selatan. Tertulis semboyan "Bersatu Teguh" pada bagian tengah bawah perisai.

Bunga teratai berkelopak lima berarti keberanian dan keadilan berdasarkan Pancasila. Selain itu bunga padma atau teratai adalah bunga suci dalam agama Buddha yang melambangkan Kemaharajaan Sriwijaya sebagai bukti sejarah kegemilangan masa lalu Sumatera Selatan.

Batang hari sembilan adalah nama lain provinsi Sumatera Selatan yang memiliki sembilan sungai. Jembatan Ampera merupakan ciri yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan. Gunung memiliki makna daerah pegunungan yang banyak terdapat di Sumatera Selatan. Sedangkan atap khas Sumatera Selatan yang berujung 17 dan 8 garis genting dan 45 buah genting merupakan simbol kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945.

Senin, 01 Oktober 2012

Hasil Tes PPK Banyuasin Diprotes

PANGKALAN BALAI – Pengumuman hasil tes tertulis calon Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Banyuasin menuai protes dari masyarakat. Diduga, peserta yang tidak berdomisili di kecamatan tempatnya melamar, dinyatakan lulus oleh KPUD Banyuasin. Seperti PPK Kecamatan Rantau Bayur, dimana empat peserta yang lulus masing-masing Asmadi, Masruri, Saidan dan Suharni, bukan warga asli Rantau Bayur.

Dikatakan Ketua LSM Komite Suara Rakyat Banyuasin Bersatu (Komsrab), Kurnaidi, jika keempat peserta tersebut bukan warga Rantau Bayur, namun namanya tertera sebagai peserta PPK yang lulus.

“Dari pantauan kami, keempat nama yang mendaftarkan diri sebagai petugas PPK di Kecamatan Rantau Bayur, tidak berasal dari Kecamatan Rantau Bayur. Karena, sesuai dengan peraturan, peserta PPK adalah warga yang berdomisili di Kecamatan bersangkutan. Namun nyatanya mereka diloloskan oleh KPUD Banyuasin,” jelasnya,minggu (30/9/2012).

Dia meminta, KPUD Banyuasin membatalkan hasil kelulusan peserta PPK asal Kecamatan Rantau Bayur mengingat adanya kecurangan yang dilakukan peserta tersebut.

“Sebelum dilakukannya tes, berkas seluruh peserta ini diverifikasi oleh KPUD, namun dinyatakan lulus, besar kemungkinan peserta yang melakukan pemalsuan identitas, atau mungkin juga ada kesalahan pihak KPUD yang tidak cermat melakukan verifikasi berkas,” tambahnya.

Maka dari itu, jika KPUD Banyuasin tetap melantik PPK yang bermasalah tersebut, maka LSM Komsrab tetap akan melanjutkan laporan tersebut ke KPUD Provinsi Sumsel.

Sementara, dugaan kecurangan juga disampaikan oleh LSM Teropong Banyuasin, yang menyebutkan jika kedua peserta PPK yang ikut tes sebelumnya, yakni atas nama Saidan dan Masruri adalah kesalahan fatal. Karena, Saidan berdomisili di Palembang, semenrara Masruri merupakan warga Pangkalan Balai.

“Kami minta KPU lebih transparan dalam meniliti berkas-berkas yang berkaitan dengan pemilihan PPK, seperti di Rantau Bayur kami mendapati 2 pesertanya itu bukan warga Rantau Bayur,” jelas Ketua LSM Teropon, Misran SIP dalam pers realesenya.

Ketua Divisi Hukum dan Pengawasan KPUD Banyuasin, Suryandi mengatakan, jika nam-nama yang disebutkan diatas merupakan warga Rantau Bayur. Bagi pihak yang ingin melihat berkas peserta, dipersilahkan mendatangi KPUD Banyuasin.

“Sudah kami cek berkasnya, dan mereka memang warga Rantau Bayur berdasarkan KTP masing-masing. Mungkin saja, peserta tersebut tidak tinggal di Rantau Bayur, dan tinggal di kecamatan lain, tetapi mereka punya KTP Rantau Bayur, dan itu tidak melanggar aturan, karena keterangan domisili itu dilengkapi dengan KTP. Jadi, kalau ada yang mau protes, silahkan datang ke KPUD Banyuasin, karena semua berkas itu kami verifikasi dengan teliti dan secermat mungkin,” pungkasnya.
Penulis : Saifudin Zuhri
Editor : Eko Adiasaputro
Sriwijaya Post - Minggu, 30 September 2012

Minggu, 30 September 2012

Reporter TV One Dicekik Oknum Polisi



MEDAN - Kekerasan dan aksi menghalang-halangi kerja jurnalistik kembali terjadi. Kali ini menimpa jurnalis televisi, Bahana Situmorang.

Korban yang bekerja sebagai reporter TV One Medan, Sumatera Utara, ini dianiaya oknum polisi dari Satuan Sabhara Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) yang bertugas di asrama Haji Embarkasi Polonia Medan, di Jalan AH Nasution, Kamis (27/9/2012).

Kepala Biro TV One Medan Linova sangat menyesalkan kejadian ini. Dia mengatakan, korban akan melaporkan pelaku hari ini ke Polda Sumut agar menjadi pembelajaran buat yang lain.

"Upaya hukum yang ditempuh sebagai bentuk pembelajaran bagi kita semua khususnya aparat agar tidak melecehkan tugas dan fungsi jurnalis TV di lapangan. Kami sangat menyayangkan insiden seperti ini masih terjadi di kalangan jurnalis," katanya, Jumat (28/9/2012).

Dia mencatat dalam setahun terakhir lima reporternya mengalami kasus tak jauh berbeda dengan kejadian yang dialami korban. Kontributor Kabupaten Tanah Karo belum lama lalu nyaris dibunuh dan dirampok, bahkan difitnah oleh si pelaku. Insiden yang diselesaikan damai juga terjadi saat liputan di Rutan Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat.

Ramadhan lalu, kameramen dipukul oleh pengunjung tempat hiburan malam yang dirazia. Terakhir reporter yang dipukul petugas medis saat bertanya mengapa pelayanan ditutup cepat.

Ini menunjukkan banyak yang belum memahami tugas jurnalistik TV. Catatan ini belum ditambah kejadian yang menimpa jurnalis TV lain di tahun yang sama.

"Sungguh memprihatinkan, di tengah euforia demokrasi dan wartawan begitu bersemangatnya membuat pemberitaan untuk perubahan yang lebih baik negeri ini, malah menjadi korban pihak-pihak yang tak paham tugas yang diemban jurnalis," tegas Nova.

Untuk diketahui, peristiwa ini bermula saat korban melakukan peliputan terhadap aktivitas jamaah calon haji selama di asrama. Terjadi keributan antara polisi yang berjaga dan keluarga calon jamaah yang ingin masuk ke asrama.

"Saat ingin mengambil gambar keributan itu, aku langsung dicekik polisi yang diketahui bernama Brigadir Irvansyah," kata korban.

"Ngapain kau ambil gambar, tak usah kau urusi di sini, sana saja kau kalau mau liputan," ucap korban menirukan ucapan pelaku.

Korban sempat bertanya kepada pelaku mengapa melakukan tindakan arogan tersebut kepada dirinya yang sedang menjalani tugas jurnalistik, tapi oknum polisi itu tidak memedulikannya.

Keributan dimulai saat polisi yang berjaga melarang keluarga calon jamaah masuk ke asrama karena tidak memiliki ID Pass khusus untuk pengunjung. Tetapi, peraturan tersebut ternyata tidak berlaku untuk semua.

Humas Polda Sumut Kombes Raden Heru Prakoso yang dihubungi wartawan via seluler mengatakan sudah menghubungi Kabiro TV One Medan untuk meminta maaf.

"Saya sudah menelepon Kabiro TV One dan saya meminta maaf. Mungkin hanya miss komunikasi saja saat itu," kata Heru sambil menambahkan, peristiwa ini tidaklah perlu diperpanjang.

"Jika anggotanya salah, saya minta maaf. Silakan kalau mau melapor ke Bid Propam, itu hak dia," tegasnya.

Linova mengakui, seusai insiden, dirinya menerima permintaan maaf dari humas Polda Sumut.

"Tapi, pimpinan di Jakarta minta proses hukum tetap diteruskan agar menjadi pembelajaran buat yang lain," ucap mantan Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumut ini.

Editor : Sudarwan
Sumber : Kompas.com
Sriwijaya Post - Jumat, 28 September 2012

Senin, 10 September 2012

Guru Dituntut Kreatif

PALEMBANG -- Agar sisawa tidak bosan dan lebih cepat menyerap materi, para guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Palembang dituntut kreatif, membiasakan diri menyampaikan materi pelajaran menggukan alat peraga

Kepala MIN 2 Palembang, Budiman SPd I MM Pd, mengatakan, sistem belajar dengan menggukan alat peraga telah diterapkan kpada siswa sejak lama oleh setiap guru mata pelajaran sehingga materi belajar lebih mudah dimengerti oleh siswa.

"Sistem pembelajaran ini diterapkan untuk siswa kelas 1 hingga kelas 6. Materi yang disampaikan disesuaikan dengan mata pelajaran setiap tingkat kelasnya," ujarnyaa, kemarin. Dikatakan Budiman, setiap mata pelajaran dianjurkan untuk mengajar menggunakan media peraga. "Memang kami tidak mewajibkan setiap guru menggunakan alat peraga, tapi demi efektifnya proses belajar mengajar seharusnya hal tersebut dilakukan," ucapnya.

Sementara Nurhastuti SPdi dan RA Mustika Hariyati SPd , keduanya guru Matematika kelas 1 MIN 2 Palembang, mengaku, sistem belajar menggunakan media peraga dirasa efektif sehingga siswa dapat lebih cepat memahami materi yang disampaikan. Metode pengajarannya dengan berbagai cara seperti mengenal huruf, angka dan belajar berhitung sambil bermain sehingga suasana belajar terasa lebih menyenangkan. (cj3/ce1)

Sumatera Ekspres, Senin, 10 September 2012

Siap Mengabdi ke Masyarakat

PALEMBANG -- Sebanyak 575 mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada Palebang mengikuti wisuda ke-11 sekaligus Dies Natalies ke-12 di Gedung OPI Convention Center, belum lama ini.

Ketua STIK Bina Husada, dr Chairil Zaman MSc, mengatakan, wisuda yang diadakan memiliki arti penting karea masyarakat mendapatkan kembali putera-puteri yang siap mengabdi kepada masyarakat, bangsa, dan negara. "Diharapkan alumni dapat menjadi alumni yang membanggakan, jenius, religius dan interpreneurship, yang bisa mandiri dan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri," bebernya.

Dengan wisuda ke-11 ini, pihaknya semakin bertekad dan teguh niat untuk bersama-sama memperkokoh proses pendidikan bagi anak-anak bangsa dalam mewujudkan cita-cita STIK Bina Husada menjadi yang terkemuka di Indonesia.

ke-575 alumni tersebut, terdiri dari 34 orang dari Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat (PPSKM), 134 orang dari Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (PSIKM), 206 orang dari Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK), dan 92 orang dari Program Studi Kebidanan (PSKb). (cj3/ce1)

Sumatera Ekspres, Senin, 10 September 2012

Warga Serbu Rumah Dokter

PALEMBANG -- Ada-ada saja kejadian sesama tetangga. Ratusan warga mendatangi kediaman dr Frd, di Jl Gotong Royang, Lr Mentas, RT 32, RW 9, Kelurahan Demang Lebar Daun, Kecamatan Ilir Barat (IB) I, Minggu (9/9), sekitar pukul 16.30 WIB. Para tetangga ini mendesak mendesak sang dokter pindah rumah. Menurut warga, sang dokter sering memancing keributan dan permusuhan dengan warga dengan sikap arogan.

Puncaknya kemarin, sang dokter kembali ribut dengan seorang warga bernama Drs A Rifai, terkait ucapan sang dokter yang tidak sopan. Warga yang merasa tidak tahan lagi, akhirnya "menyerbu" kediaman dr Frd.

Sebelum mendatangi rumah dr Frd, mereka berkoordinasi dulu dengan Polsekta IB I dan tokoh masyarakat sekitar. Hasilnya, mereka mendesak dr Frd keluar dari rumahnya. Untuk mencegah perbuatan anarkis, polisi menjaga dr Frd keluar dari rumah dan diamankan ke kantor Polsekta IB I sekitar pukul 17.30 WIB. Dokter Frd ditemani pembantunya mengendarai mobil Suzuki Escudo BG 1315 QU menuju Polsekta IB I. Ratusan warga pun ikut mengantarkan dr Frd ke Polsekta IB I.

Di Polsekta IB I, aparat kepolisian yang diwakili Kanit Reskrim Iptu AK Sembiring menggelar musyarawarah dengan tokoh masyarak at dan warga yang mengaku "dilecehkan" korban dr Frd. Semantara, dr Frd yang diamankan di ruang IV tim reksa. Namun sayang, wartawan belum diperkenankan memotret dan mewawancarai dr Frd.

Setelah satu jam berembuk membahas sikap dr Frd, akhirnya Rifai melaoprkan Frd ke Sentra Pelayanan Terpadu (SPT) Polsekta atas dugaan perbuatan tidak menyenangkan, pasal 335 KUHP.

Ketua RT 32, Rosani Amin membenarkan reaksi warga atas sikap dr Frd. "Warga mendatangi rumah dr Frd secara spontan karena mendengar keributan dengan Rifai. Harapan warga, agar dr Frd sadar dan meminta maaf karena perbuatannnya tidak sesuai dengan sikap seorang pendidik. Jangan terulang lagi dan warga menyarankan agar dia untuk pindah rumah saja. Untuk itulah kami kami membahasnya dengan tokoh masyarakat bersama polisi, bagaimana yang terbaik," ujar Rosani.

Awah (43), salah seorang warga mengatakan, dirinya pernah tersinggung atas ucapan dr Frd yang mengatakan kalau dirinya tidak level dengan warga. Hal itu diucapkan setelah dirinya sempat ditegur warga karena mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan membahayakan. "Namun, bukannya minta maaf, dia malah menghina," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan warga lain, Yuli. Dia mengaku pernah dipukul tangannya oleh dr Frd. Pada umumnya, warga mengaku bahwa sang dokter mengemudi dengan kecepatan tinggi dan nyaris menabrak warga sekitar. Namun, kalau dinasehati, ia malah menuduh warga yang bukan-bukan.

Kapolsek IB I Kompol Sonny Trianto, melalui Kanit Reskrim Iptu AK Sembiring mengungkap, pihaknya berjanji akan memproses kasus ini. Namun yang terpenting, ia berharap kepada warga sekitar kediaman sang dokter jangan bertindak anarkis dan main hakim sendiri. "Akan kami proses, namun jangan anarkis. Kasus ini hanya kesalahpahaman saja. Warga sudah kami beri pemahaman. Sekitar pukul 19.00 WIB, semua warga sudah pulang termasuk sang dokter. Tidak ada yang diamankan," kata Sembiring. (roz/cj12/ce1)

Sumatera Ekspres, Senin, 10 September 2012

Kamis, 30 Agustus 2012

Uji Coba Awal September

4 Jalur Ditata Ulang



PALEMBANG -- Pemerintah kota ini kembali mengotak-atik jalur lalu lintas di Metropolis guna mmengurai kemacetan yang kerap terjadi. Dalam waktu dekat, segera ditata ulang empat jalur.

"Awal September kita uji coba penataan empat jalur," kata Kepala Bidang LLAJ dan Rel KA Dinas Perhubungan Kota Palembang, Agus Supriyanto saat rapat forum lalu lintas Palembang dengan Pemkot serta instansi terkait di ruang rapat II Kantor Wali Kota Palembang, kemarin.

Dimana saja jalur yang ditata? Di antaranya, perubahan menjadi sistem satu arah (SSA) pada kawasan Sekip Ujung, pemasangan median jalan pada Jl Demang Lebar Daun tepatnya di depan Jl Lunjuk Jaya, Simpang Abi Hasan serta simpang Sapta Marga. Selanjutnya penambahan median jalan di samping Padang Selasa sekitar 10 meter serta usulan pembuatan celukan (perputaran) di Jl R Soekamto depan PTC Mall.

Menurut Agus, rencana penataan tersebut merupakan permintaan dari masyarakat dan instansi. "Kita pada dasarnya merespon setiap usulan dari masyarakat sebab masyarakat yang lebih banyak mengetahui perkembangan di lapangan," jelasnya kepada wartawan.

Dikatakan, dalam jangka waktu ujicoba antara satu hingga dua minggu. "Pada intinya, kita melakukan ujicoba untuk mencari solusi terbaik guna mengatasi kemacetan. Apabila ujicoba itu responnya baik, bisa jadi akan kita terapkan secara permanen," ungkapnya.

Kemudian, tambah Agus, pihaknya telah membuat marka khusus untuk antrean sepeda motor pada dua titik. Yakni, simpang Kampus dan simpang RS RK Charitas Palembang. "Mulai kita terapkan dua minggu lalu. Kita mencontoh Bandung dari studi banding. Kita harap pengguna motor dapat terbiasa dan menyesesuaikan dengan ujicoba itu," jelasnyaa.

Tujuannya, terang Agus, untuk membuat tertib kemdaraan bermotor dan bagian dari penataan lalu lintas kota. "Apabila ujicoba marka direspon positif maka ke depan kita akan buatkan marka serupa pada semua simpang-simpang utama yang ada di Palembang," jelasnya.

Mengenai rencana pemasangan median jalan di Jl Demang Lebar Daun tepatnya di depan Jl Lunjuk Jaya, Kepala Bidang Pengawasan Pengendalian dan Operasional Dishub Palembang Pathi Riduan menjelaskan hal tersebut seharusnya dilakukan dari Jl Angkatan 45 hingga Jl Parameswara. "Tetapi dikarenakan keterbatasan dana ppada waktu itu, maka median hanya dibuat sampai depan RM Sri Melayu," ujarnya.

Harun perwakilan SNVT Metropolitan menambahkan, beberapa rencana yang disampaikan Dishub Palembang hendaknya juga diperhatikan pendistrian bagi pejalan kaki. Hal senada pun disampaikan Arimbi dari GIZ. "Kedepan, perlu juga diperhatikan jalur untuk pengguna sepeda agar pengendara sepeda aman ketika berkendaraan sepeda di jalan utama atau protokol."

Sementara itu, Asisten II Setda Kota Palembang Ir Taufik Sya'roni menegaskan, Pemkot mendukung rencana yang disampaikan forum lalu lintas. "Pada intinya kita sepakat untuk ujicoba dahulu. Sebab hal itu untuk mencari solusi yang terbaik mengatasi kemacetan yang terjadi," ungkapnya ketika memimpin rapat.

Terkait dengan pembuatan marka khusus antrean sepeda motor, kata Taufik, harus disosialisasikan kepada masyarakat. Sbab, masih banyak pengguna sepeda motor yang belum mengetahui fungsi dari marka tersebut. (cj7/ce3)

Penataan Lalu Lintas Kota Palembang



-- Penambahan median jalan di simpang Padang Selasa 10 meter

-- Perubahan menjadi sistem satu arah (SSA) Kawasan Sekip Ujung

-- Rencana perbaikan selokan dan pembuatan celukan (perputaran) di Jl R Soekamto depan PTC Mall

-- Pembuatan marka khusus untuk antrean sepeda motor pada simpang Kampus dan simpang RS RK Charitas Palembang

-- Pemasangan median jalan di Jl Demang Lebar Daun tepatnya depan Jl Lunjuk Jaya, simpang Abi Hasan, simpang Sapta Marga

Sumatera Ekspres, Kamis, 30 Agustus 2012

Senin, 27 Agustus 2012

Tahun Depan Undang Kota Besar

Tahun Depan Undang Kota Besar
Lomba Bidar: Sejumlah peserta lomba bidar sekuat tenaga mengayuh perahunya, bersaing ketat untuk menjadi nomor satu pada kegiatan HUT Kemerdekaan RI ke-67 yang digelar Pemkot Palembang di Sungai Musi, kemarin

PALEMBANG - Lomba bidar dan perahu motor hias di Sungai Musi, menyemarakkan hari ulang tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-67, kemarin, berlangsung meriah. Bahkan, tiga kabupaten seperti OKUT, Muba, dan OKI ambil bagian.

Pantauan Sumatera Ekspres, pelataran Benteng Kuto Besak (BKB) dipadati warga yang antusias menyaksikan jalannya perlombaan tahunan tersebut. Peserta berjumlah 18, wakil dari berbagai satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemerintah Kota Palembang, BUMD, swasta, dan kecamatan.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Palembang Thabrani mengatakan, kegiatan dalam rangka 17 Agustus itu baru sekarang diadakan karena bertepatan dengan bulan Ramadhan. “Makanya tidak bisa dilaksanakan tepat waktu.”

Thabrani, sekaligus ketua panitia perlombaan perahu motor hias dan lomba bidar menuturkan, lomba perahu hias dan bidar adalah budaya tradisional Kota Palembang yang mesti diberdayakan menjadi kebudayaan asli masyarakat Palembang. “Sehingga budaya asli Kota Palembang bisa dipertahankan dan terus lebih baik ke depannya.”

Sementara itu, Wakil Wali Kota Palembang Romi Herton mengatakan perahu motor hias dan bidar merupakan budaya Pelembang. "Tahun berikutnya, kita berharap perlombaan perahu hias bukan hanya dari kabupaten/kota yang ada di Palembang saja yang ikut berpartisipasi. Ke depan kota besar seperti Bali, Jambi dan Medan kita undang juga. Hadiah kita anggarkan melalui APBD," ungkapnya.

Sebagai juara lomba perahu motor hias, untuk kategori kecamatan yakni kecamatan Kalidoni dan Ilir Timur II dengan total nilai 1923. Juara kedua RT 5 dari Kelurahan 35 Ilir (1910), juara ketiga RT 32 dari Kelurahan 35 Ilir.

Kemudian, juara harapan diraih Kecamatan Bukit Kecil (1376). Pemenang untuk kategori, SKPD, BUMD dan perusahaan swasta, diraih oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Palembang (2.045), juara kedua OKUT (2.037), juara ketiga PT Pusri (1.940) dan juara harapan diraih kabupaten Muba (1.395).

Sedangkan lomba bidar, pemenang pertama diraih PT Pelindo dengan waktu tempuh 5 menit, juara kedua PT Pusri dengan waktu tempuh 6 menit, juara ketiga Indofood dengan waktu tempuh 7 menit, dan juara harapan PT KKP dengan waktu tempuh 7 menit 12 detik. (cj7/ce2)

Sumatera Ekspres, Senin, 27 Agustus 2012

Dapat Ikan Pari 100 Kg

Dapat Ikan Pari 100 Kg

Jadi Tontonan: Ikan pari seberat 100 kg yang didapat Ali di sungai, menjadi tontonan warga setempat. Ikan yang memiliki lebar 1,5 meter dan panjang 2 meter ini rencananya akan dijual dengan harga Rp 15 hingga Rp 20 ribu per Kg.

MUSIRAWAS – Bagi nelayan dan pemancing, kemarau panjang membawa berkah. Salah seorang nelayan kemarin mendapatkan rezeki besar berupa ikan pari di sungai perbatasan Desa Tanjung Raya, Kecamatan Lakit, serta Desa Ngulak perbatasan Muba. Ikan pari yang berukuran raksasa ini menjadi tontonan warga sekitar, dengan diameter lebih dari 2 meter dan lebar sekitar 1,5 meter. “Saya biasa mencari ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup, apalagi kalau getah karet lagi sedikit dan harganya anjlok,” ujar Ali, nelayan tersebut.

Awalnya, ikan yang didapatkan hanya untuk lauk-pauk sehari-hari. Tetapi, pada musim kemarau ikan yang didapat dijualnya, dan hasilnya cukup untuk membeli beras. “Untuk ikan pari kecil saya jual Rp5 ribu per kg dan ikan gabus serta sepat Rp10 hingga Rp 15 ribu per kg,” ujarnya.

Minggu kemarin, seperti biasa dirinya membawa jala dan pancing di perahu. Saat dekat muara Sungai Musi dan Rawas, dirinya melemparkan jala. Begitu diangkat, alangkah terkejutnya Ali melihat ikan berukuran sangat besar nyangkut di jalanya. Dengan sekuat tenaga dan penuh kehati-hatian, akhirnya ikan bisa dibawa ke pinggir sungai. Ikan pari berukuran raksasa ini pun langsung menjadi tontotan masyarakat. Ikan pari ini bukan kali pertama didapat ayah lima putra ini. Tetapi untuk yang kesekian kalinya, hanya saja ukuran yang paling besar baru kali ini didapatnya. “Biasanya sore banyak wang yang minta bagi ikan Kak. Yang jelas paling dijual sekilo Rp15 sampai Rp 20 ribu,” kata Ali yang memprediksi ikan pari ini memiliki berat lebih dari 100 kg.

Sementara itu, Arifin, warga yang hobi menghabiskan waktu memancing di pinggiran Sungai Musi dan Rawas mengatakan, saat ini memang musim ikan pari mudik. “Kita mancing saja mendapatkan lebih dari 10 ekor ikan pari ukuran sedang. Yah sekitar 1/2 kg per ekornya,” kata Arifin. (iol/ce5)

Sumatera WEkspres, Senin, 27 Agustus 2012

Duka Keluarga Korban Kecelakaan Maut

Antar Anak Berobat, Dimakamkan Satu Liang





Janariah, satu-satunya korban selamat masih terlihat shock. Mulutnya terkunci, namun air matanya terus menetes saat menyaksikan suami dan dua anak tercinta dimakamkan.

RATUSAN warga, kerabat, rekan kerja, dan jiran tetangga silih berganti datang ke kediaman Janariah, di Desa Babat, Kecamatan Penukal, Muara Enim, kemarin. Kepala SDN Penukal itu adalah satu-satunya korban selamat dalam kecelakaan Innova yang nyemplung ke aliran kanal perkebunan kelapa sawit PT Golden Blossum Sumatera (GBS), Desa Prambatan, Kecamatan Abab, Muara Enim, pukul 11.00, Sabtu (25/8) lalu.

Lima orang tewas dalam kejadian tersebut. Feri Suhendi SH MSI (37), suami Janariah. Kemudian, dua anggota keluarga Iga Riana (17), M Hafiz Abdurahman (14), dan dua bocah lainnya Winda (9) dan Windi (9).

Tak ada sepatah kata pun keluar dari bibir Janariah. Matanya sembab dan seakan tak henti menangis. Mengiringi pemakanan suami, anak, dan keluarga tercinta. Sebelumnya, lima jenazah tersebut disalatkan di halaman rumah. Setelah itu, jasad Feri yang PNS di Kantor Kecamatan Penukal, dilepas dengan upacara kehormatan.

Usai proses upacara tersebut, kelima jasad itu dibawa ke liang lahat untuk dimakamkan. Kelimanya dikubur dalam satu liang. Lokasi penguburan di belakang rumah almarhum Feri. Mayat diturunkan satu persatu ke dalam liang dengan diiringi isak tangis para keluarga dan pelayat.

Wakil Bupati Muara Enim, H Nurul Aman, hadir mengikuti prosesi pemakaman. Ia berpesan agar keluarga yang ditinggal bisa tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan tersebut.

Di pemerintahan, jabatan terakhir almarhum Feri sebagai kasi pemerintahan. Ia telah bertugas sebagai PNS sejak tahun 1989. Feri meninggalkan seorang istri Janariah dan anak bungsunya Triana.

Di mata rekannya, Feri dikenal sebagai sosok yang penuh dedikasi dalam pekerjaan dan religius alias rajin beribadah. Di kampungnya Desa Babat, Kecamatan Penukal, Feri juga dikenal aktif dan menjabat sebagai seksi peribatan di Masjid Al Muhlisin. “Almarhum juga guru ngaji dan P3N,” kata Kades Babat, Dito Herman yang juga kakek almarhum Feri.

Camat Penukal Darmawi menambahkan, almarhum seorang pekerja keras. “Saya merasa kehilangan karena dia sudah lama bekerja di Kantor Camat Penukal,” katanya lagi. Dari yang ia ketahui, kata Darmawi, almarhum Feri dan keluarganya sebelum kejadian itu hendak mengantarkan anak sulungnya, Iga berobat dengan Syamsul Bahri, orang tua dari korban Winda dan Windi. “Setahu saya, rencananya nak ngurutke anaknya, karena ada benjolan bagian belakang punggung,” ujarnya lagi.

Sedangkan anaknya Iga, setelah berobat rencananya akan mulai kuliah di akbid di Kota Palembang. “Malam sebelumnya, Iga sudah diurut sebanyak dua kali dari enam kali urut yang disarankan Syamsul Bahri. Namun, karena saat kejadian Syamsul Bahri tidak ada di rumah, dan lagi bekerja, Feri pergi mengajak anak kembar dari Syamsul Bahri jalan-jalan menuju dermaga batu bara,” bebernya.

Mereka pergi ke dermaga, sambil menunggu Syamsul Bahri, orang tua Winda dan Windi selesai bekerja. Namun, belum sampai ke dermaga, tidak diketahui pasti, mobil yang mereka tumpangi justru nyemplung di kanal sungai PT GBS di Desa Prambatan.

Lanjut Darmawan, kondisi jalan menuju dermaga yang dilalui berupa jalan tanah dan berdebu. Sisi kiri dan kanan terdapat kanal dengan kedalaman bervariasi, dan tidak berpagar. Namun, lokasi kejadian, kedalaman kanal sekitar 4-5 meter.

Penyebab kecelakaan sendiri tidak bisa diketahui secara pasti. Lantaran, istri korban Janariah belum mau bercerita. Kondisinya masih berduka. “Pihak keluarga masih berduka. Saya sendiri belum sempat bertanya karena dia masih sering menangis,” kata Hopandi Said, mantan anggota DPRD Sumsel yang kini menjabat dirut Perusda dan masih tercatat sebagai keluarga dari Feri.

Menurut Hopandi, semestinya, Minggu (26/8), Feri menghadiri undangan keluarga yang menikah di Desa Betung. Sekalian menjemput anak bungsunya Triana. “Anak cucu saya ada pesta di daerah Betung,” kata Hopandi. Triana sendiri tidak ikut dalam mobil itu, karena ikut berlebaran di tempat neneknya daerah Betung. (*/ce1)

BERRY SUNISU – Muara Enim
Sumatera Ekspres, Senin, 27 Agustus 2012

Innova Terperosok ke Lumpur 5 Meter


Olah TKP: Polisi bersama tim terpadu tengah melakukan olah TKP di lokasi terjunnya Innova ke sungai kanal berlumpur di area perkebunan PT GBS, Desa Prambatan, Kecamatan Abab, Muara Enim, kemarin (26/8)

MUARA ENIM - Lima korban tewas tenggelam dalam mobil Innova yang terjun ke sungai kanal berlumpur di Muara Enim kemarin dikebumikan. Tim laka terpadu diturunkan khusus menyelidiki peristiwa nahas yang terjadi di sungai kanal perkebunan kelapa sawit milik PT Golden Blossum Sumatera (GBS), Desa Prambatan, Kecamatan Abab, Muara Enim itu.

Tim terpadu kemarin siang langsung mendatangi tempat kejadian perkara (TKP). Lokasinya tak jauh dari dermaga batu bara di Desa Prambatan. Tim laka terpadu yang diturunkan berasal dari polisi, Dinas Perhubungan, Jasa Raharja, dan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga. Tim langsung melakukan olah TKP, juga membuat sketsa lokasi kecelakaan.

Tampak hadir, Kasubid bin Gakkum Dirlantas Polda Sumsel AKBP Julihan Muntaha SIk, beserta dua anggota, Brigadir Endang dan Briptu Fran Junaidi. Dari Satlantas Polres Muara Enim hadir Kasat Lantas AKP Agung Setyo Nugroho dan Kanit Laka Iptu Indrowono. Ada juga dua anggota DPRD Muara Enim, Devi Hariyanto SH dan Awam SH.

Kasat Lantas AKP Agung Setyo Nugroho ditemui di lokasi menyatakan bahwa pihaknya akan menyelidiki kasus tersebut hingga tuntas. “Saat ini tim laka terpadu turun untuk melakukan evaluasi penyebab terjadinya kecelakaan. Tapi bagaimana sebab terjadi kecelakaan belum bisa disimpulkan,” kata Agung.

Di depan karyawan PT Golden Blossum Sumatera (GBS) dan tim laka terpadu, AKBP Julihan Muntaha SIk sempat mempertanyakan, apakah jalan tersebut memang boleh dilewati warga umum. Sebab, menurut dia, kondisi jalan tanah tersebut rawan menyebabkan terjadinya kecelakaan karena licin. Dijawab spontan oleh staf GBS bahwa jalan tersebut boleh dilewati warga umum dan selama ini sering dilalui warga.

Sementara itu, evakuasi terhadap mobil Innova warna silver nomor polisi BG-1913-DC dilakukan sekitar empat jam setelah ketahuan korban tewas. Evakuasi dilakukan Sabtu (25/8) pukul 14.00, pascakejadian pukul 11.00 hari yang sama. Evakuasi mobil dilakukan oleh pihak PT GBS menggunakan alat berat eksavator.

“Evakuasi menggunakan alat ekskavator, mobil berhasil diangkat sekitar pukul 14.00,” kata Refli, karyawan PT GBS yang pertama turun.

Saat itu, kata dia, jasad korban kecelakaan yang dievakuasi pertama sebanyak empat orang, yakni Iga Riana (17), M Hafiz Abdurahman (14), Winda (9) dan Windi (9). Kemudian, baru Feri Suhendi yang dievakuasi. Dia terbenam dalam lumpur, mengikuti mobil Innova yang terbenam lumpur dan dalam kondisi terbalik.

Menurut Refli, dia mengetahui kejadian itu dari Rita, pegawai PT GBS lainnya. “Waktu itu ada ibu yang selamat (Janariah, istri dari Feri Suhendi, red). Dia lagi duduk di atas kayu. Sempat saya tanya kenapa bu apa ngebut, apa ngantuk? tapi dia jawab, tidak,” kata Refli menirukan jawaban dari Janariah.

Kondisi Janariah, kata Refli, mengalami luka pada bagian kaki, mungkin karena menjebol kaca mobil. Janariah duduk di bagian depan samping Feri. Sedangkan, empat orang lainnya berada di kursi tengah.

Terkait kecelakaan ini, pihak Jasa Raharja langsung ikut tim terpadu. Sumardin, dari Jasa Raharja Muara Enim mengatakan, pihaknya ingin memastikan kasus kecelakaan yang menimpa Feri dan keluarganya yang nyemplung ke sungai kanal sedalam 4-5 meter tersebut (bukan 8 meter, red). “Kami ingin tahu bagaimana penyebab terjadi kecelakaan, untuk menentukan bagaimana soal pembayaran asuransi,” ujarnya.

Korban Feri Suwendi (37) merupakan warga Desa Babat, Kecamatan Penukal, Muara Enim, yang merupakan staf PNS di Kecamatan Penukal. Dia mengajak dua anak kandungnya dan dua anak angkatnya untuk rekreasi di sekitar perkebunan kelapa sawit, sambil menanti jadwal urut anak-anaknya. Namun, nahas terjadi ketika melintas di jalan licin dan berlumpur di areal jalan tepi sungai kanal.

Terkait kasus meninggalnya lima korban dalam Innova yang terperosok ke sungai berlumpur, Kepala Desa Karang Agung, Kecamatan Abab, Suparman, dikabarkan sempat melayat ke rumah duka. Suparman yang didiagnosa terkena penyakit jantung itu, sempat melihat lima mayat yang berjejer. Suparman tiba-tiba shock dan tak sadarkan diri.

Warga yang melihat Kades shock langsung heboh. Kades langsung dibawa ke Puskesmas Desa Babat, Penukal. Sempat dicek kesehatannya, namun Suparman tak tertolong lagi, dia pun meninggal dunia. (bis/ce1)

Sumatera Ekspres, Senin, 27 Agustus 2012

Minggu, 26 Agustus 2012

Walikota Palembang Minta Maaf


Eddy Santana menyanyikan lagu Bunga Mawar

PALEMBANG - Sebuah lagu berjudul Bunga Mawar dipersembahkan Walikota Palembang H Eddy Santana Putra untuk menghibur karyawan SP2J dalam acara halal bihalal yang berlangsung di Terminal Alang-Alang Lebar Palembang, Minggu (26/8/2012).

Eddy dengan suara emasnya beraksi di atas panggung ditemani sejumlah karyawan SP2J yang berjoget ria.

Lagu yang dilantunkan Eddy sekaligus menutup acara halal bihalal sebagai salah satu tradisi pasca Idul Fitri.

Seluruh undangan yang hadir langsung bersalam-salaman, selanjutnya makan siang bersama.

Eddy mengatakan, halal bihalal merupakan tradisi yang baik dan harus tetap dilestarikan. Sebab melalui acara seperti ini bisa diperoleh hubungan emosional dan komunikasi yang baik.

"Saya atas nama pribadi dan walikota Palembang mohon maaf. Mudah-mudahan ke depan kita semakin baik lagi," ujarnya.

Penulis : Eko Adiasaputro
Editor : Sudarwan
Sriwijaya Post - Minggu, 26 Agustus 2012

Walikota: Apa pun yang Dipegang Bisa Jadi Uang


Eddy Santana Putra

PALEMBANG - Walikota Palembang H Eddy Santana Putra ingin Palembang lebih maju ke depan. Salah satunya dengan mencerdaskan sumber daya manusia melalui pendidikan dan wirausaha.

"Kita tidak punya sumber daya alam. Makanya harus mengembangkan aspek SDM. Dengan SDM yang andal, apa pun yang dipegang bisa jadi uang," ujar Eddy saat menghadiri halal bihalal dengan karyawan SP2J di Terminal Alang-Alang Lebar, Minggu (26/8).

Objek Wisata Lematang Indah Masih Ramai

Wisatawan masih memadati kawasan objek wisata Lematang Indah, Jumat (24/8/2012).

* * * * * * * * * * * * * * * * *



PAGARALAM - Hingga H+5 Hari Raya Idul Fitri 1433 Hijriah, sejumlah objek wisata di Kota Pagaralam masih cukup ramai pengunjung.

Kondisi ini terlihat di kawasan objek wisata Lematang Indah. Masih terdapat puluhan wisatawan berkunjung ke objek wisata yang berada di jalur lintas ini.

Para pengunjung yang datang rata-rata merupakan para pemudik yang hendak pulang ke daerah masing-masing. Mereka berwisata sembari pulang.

Namun masih ada sejumlah wisatawan yang sengaja datang dari beberapa daerah seperti Bengkulu, Empatlawang, dan Lahat. Mereka sengaja datang di akhir liburan agar tidak terlalu ramai.

Pantauan Sripoku.com, Jumat (24/8/2012), terlihat banyak kendaraan roda empat dan roda dua yang parkir di kawasan tersebut.

Bahkan para pengunjung juga masih terus berdatangan. Namun banyak kendaraan yang parkir di tepi jalan membuat arus lalulintas di kawasan itu sedikit mengalami kemacetan.

"Kami sekeluarga sengaja datang dari Bengkulu pak sambil menghabiskan masa libur sekolah. Karena jika dari kemaren ke sini pasti pengunjungnya masih sangat ramai," ujar Dodi (28), salah satu pengunjung kepada Sripoku.com.

Penulis : Wawan Septiawan
Editor : Sudarwan
Sriwijaya Post - Jumat, 24 Agustus 2012

Harga Cabai di OKU Timur Turun


Salah seorang pedagang menunggu pembeli

MARTAPURA – Harga cabai di Kabupaten OKU Timur sejak satu minggu terakhir kembali turun.

Harga cabai di Pasar Martapura turun menjadi Rp 36 ribu per kilogram untuk cabai rawit lokal dan Rp 16 ribu untuk cabai rawit asal Pulau Jawa.

Sebelumnya, harga cabai rawit lokal sempat mencapai Rp 60 ribu per kilogram dan cabai rawit Jawa Rp 20 ribu per kilogram.

Menurut sejumlah pedagang, penurunan harga cabai tersebut tidak ada kaitannya dengan perayaan Hari Raya Idul Fitri 1433 Hijriah seperti kebutuhan pokok lainnya yang mengalami penurunan dan kenaikan sesudah dan sebelum Idul Fitri.

Ruslan (29), pedagang cabai asal Kota Martapura, mengatakan, penurunan harga cabai disebabkan oleh stok yang banyak di sejumlah agen dan banyaknya pedagang cabai di sejumlah pasar tumpah yang tersebar di sejumlah wilayah di OKU Timur.

Kenaikan harga cabai, kata dia, tergantung banyaknya pembeli. Saat ini pembeli cabai di pasar Martapura relatif menurun kemungkinan disebabkan oleh banyaknya penjual cabai di pasar-pasar tumpah.

“Sekarang warga sudah tidak lagi mengutamakan pergi ke pasar utama kabupaten untuk berbelanja. Mereka melihat di pasar tumpah dan terkadang memilih untuk membeli di pasar tumpah karena jaraknya yang memang dekat dari pemukiman mereka,” katanya kepada Sripoku.com, Minggu (26/8/2012).

Penulis : Evan Hendra
Editor : Sudarwan
Sriwijaya Post - Minggu, 26 Agustus 2012

Pemkot Pagaralam Waspada Kebakaran Hutan

PAGARALAM - Pemerintah Kota (Pemkot) Pagaralam melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pagaralam mengimbau warga untuk waspada akan kebakaran hutan. Namun sepertinya imbauan tersebut tidak diindahkan warga.

Pasalnya saat musim kemarau seperti saat ini banyak warga memanfaatkannya untuk membuka lahan pertanian baru dengan cara membakar hutan. Kondisi ini sudah menjadi salah satu tradisi para petani di Kota Pagaralam.

Meskipun demikian pihak BPBD Kota Pagaralam memperingatkan warga untuk tidak melakukan hal tersebut. Pasalnya pihaknya khawatir kegiatan tersebut akan menimbulkan terjadi kebakaran hutan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pagaralam Herawadi, mengatakan, untuk seluruh lapisan masyarakat Kota Pagaralam agar dapat waspada dan cepat tanggap apabila terjadi kebakaran hutan.

"Musim kemarau kebakaran lahan perkebunan dan hutan sering terjadi. Bahkan hampir setiap tahun kebakaran hutan terus terjadi di Pagaralam," ujarnya kepada Sripoku.com, Minggu (26/8/2012).

Untuk mengatasi kebakaran hutan, pihak BPBD telah mengerahkan dua unit mobil PBK, berikut juga dengan puluhan petugas untuk melakukan penyemprotan rumput ilalang yang mulai mengering di kawasan Jalan Negara Liku Endikat Kelurahan Atung Bungsu, Kecamatan Dempo Selatan maupun di Liku Lematang.

"Penyemprotan yang kita lakukan tersebut karena di kawasan tersebut merupakan kawasan yang menjadi langganan kebakaran. Bahkan sebelumnya bagian bawah jembatan Liku Endikat sudah terbakar," jelasnya.

Penulis : Wawan Septiawan
Editor : Sudarwan
Sriwijaya Post - Minggu, 26 Agustus 2012

Jumat, 24 Agustus 2012

Ishak Mekki Akan Perjuangkan Tunjangan Terhadap Hafidz Al-Qur'an se-Sumsel

Banyak program terkait pembangunan agama yang dijalankan pemerintah kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, yang dipimpin H. Ishak Mekki, yang mungkin pertama kali dilakukan di Indonesia. Ke depan, Ishak Mekki mengharapkan program ini dirasakan masyarakat Sumatera Selatan.

“Saya ingin program tunjangan terhadap hafidz Al-Qur'an, tunjangan bagi pembantu pegawai pencatatan nikah (P3N), para ustad dan ustadzah bukan hanya dirasakan masyarakat OKI juga bagi masyarakat Ogan Ilir, Lahat, Palembang, Muaraenim, dan daerah lainnya di Sumsel,” kata Ishak Mekki saat menghadiri acara halal bil halal dengan masyarakat Meranjat, Beti, dan sekitarnya, di Desa Meranjat, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Kamis (23/08/2012).

“Oleh karena itu, saya akan berjuang menjadi pemimpin Sumatera Selatan, agar semua masyarakat Sumatera Selatan merasakan kemajuan yang lebih, termasuk seperti yang dirasakan masyarakat Kabupaten OKI, seperti di bidang pendidikan agama maupun umum,” lanjutnya.

Dijelaskan Ishak, Tuhan akan memberikan kenikmatan bagi mereka yang berjuang atau bekerja keras. “Saya yakin kemenangan akan diberikan Allah kepada mereka yang bekerja keras. Marilah kita bekerja keras untuk kebaikan masyarakat Sumsel,” katanya.

Sebagai informasi, guna pemulian Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) memberikan tunjangan sebesar Rp400 ribu per bulan kepada setiap penghapal atau hafidz Al-Qur'an 30 juz. Saat ini sudah ada puluhan hafidz Al-Qur'an 30 juz yang mendapatkan tunjangan tersebut.

Ishak yang mengaku belum hafidz Al-Qur'an 30 juz, ternyata seorang anak dari seorang hafidz yakni H. Ahmad Mekki. Dia merupakan tokoh agama yang cukup terkenal di Kayuagung. Selain orangtuanya, mertuanya juga seorang ulama terkenal di Kayuagung yakni H. Muchtar Abdullah.

“Sosok mereka juga yang mendorong saya untuk menghormati para hafidz dan guru agama,” kata Ishak, yang juga membuka pondok pesantren Bait Qur'an, yang mana santrinya merupakan penghapal Al-Qur'an dari berbagai desa di OKI, yang biaya pendidikannya digratiskan.

Selain itu, guna menjaga kinerja para guru agama, seperti ustad dan ustadzah, serta pembantu pegawai pencatatan nikah (P3N), pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) juga memberikan tunjangan setiap bulannya. Misalnya 3.500 ustad dan ustadzah, setiap bulannya diberikan tunjangan sebesar Rp75 ribu, sebanyak 340 petugas P3N menerima tunjangan sebesar Rp250 ribu setiap bulan.

Sementara 40 pondok pesantren di Kabupaten OKI, setiap tahunnya menerima bantuan operasional Rp40 juta. Terhadap kepeduliannya ini, tak heran Forum Pondok Pesantren (Forpes) Sumsel memberikan Pesantren Award kepada Ishak Mekki.

Di masa lalu, Kabupaten OKI merupakan daerah yang banyak melahirkan qori dan qoriah terbaik di Sumatera Selatan. Sebagian pernah meraih juara nasional. Bahkan hafidz Al-Qur'an 30 juz, yakni Muhammad Zaki Al-Hafidz, meraih peringkat ke-12 dunia. Maka guna mengembalikan keadaan tersebut, setiap tahun pemerintah Kabupaten OKI memberikan bantuan pembinaan kepada para qori dan qoriah yang berprestasi sebesar Rp20 juta.

Bantuan pembinaan tersebut ternyata memberikan dampak yang signifikan. Pada 2010, Kabupaten OKI menempati urutan ke-5 di Sumsel pada ajang MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur'an), tahun 2011 naik ke urutan kedua, tahun 2012 duduk di urutan ketiga, dan tahun 2013 Kabupaten OKI berkeinginan menjadi tuan rumah MTQ tingkat Sumatera Selatan.

Sama seperti pemerintahan daerah lainnya, puluhan tokoh masyarakat atau mereka yang berprestasi di OKI setiap tahun diumrohkan ke tanah suci secara bergiliran. Dan kini Kabupaten OKI tengah merencanakan pembangunan Masjid Raya dan Islamic Center, yang mana lahan sudah tersedia di Kayuagung. (Wijaya/Berita Musi)

Selasa, 31 Juli 2012

Kapolri: Tindak Tegas

Kapolri: Tindak Tegas
OLAH TKP : Tim Forensik saat melakukan olah TKP di Desa Limbang Jaya II, kemarin, disaksikan ribuan warga setempat

10 Anggota Brimob Diperiksa



PALEMBANG – Polri membantah korban tewas dalam bentrokan berdarah antara warga Ogan Ilir dan aparat Brimob Polda Sumatera Selatan akibat terkena peluru. Meski begitu, Kapolri Jenderal Timur Pradopo menegaskan, tetap akan menindak tegas oknum polisi yang melakukan pelanggaran dalam insiden tersebut.

“Nanti kita tunggu hasil investigasinya. Kalau ada pelanggaran, kita akan proses,” kata Timur sesuai buka puasa di kediaman dinas Ketua DPD Irman Gusman, kemarin (30/7). Mabes Polri, kata dia, sudah menerjunkan tim untuk menyelidiki peristiwa tersebut.

Tim tersebut dipimpin oleh kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) yang didukung Bareskrim, dan unsur polisi kewilayahan. “Semua masih dalam penyelidikan. Kita ungkap seterang-terangnya,” kata mantan kapolda Metro Jaya itu. Seperti diketahui, bentrok di Desa Limbang Jaya II, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir bermula ketika pasukan Brimob memasuki desa tersebut dengan iring-iringan truk, pada 27 Juli 2012. Sweeping tersebut dilakukan dalam rangka menyisir dan mencari pelaku pencurian 127 ton pupuk milik Pabrik Gula Cinta Manis yang dikelola PTPN VII.

Namun, menyaksikan iring-iringan truk Brimob tersebut, warga Desa Limbang Jaya membunyikan kentongan dan mendatangi mereka. Melihat banyaknya warga yang menghampiri, anggota Brimob kemudian mengeluarkan tembakan. Bentrokan tak terhindarkan. Saat bentrok terjadi, Angga yang baru duduk di kelas 1 SMP tewas tertembak di kepala saat dia keluar dari tempat bermain PlayStation. Selain satu korban tewas, sedikitnya lima orang lainnya terluka dalam bentrok warga dan Brimob ini.

Di bagian lain, Istana menyesalkan jatuhnya korban dalam insiden tersebut. Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, Presiden SBY sudah memberikan instruksi kepada Menko Polhukam untuk menindaklanjuti dan mencari solusi terbaik masalah itu. “Apakah ada yang di luar prosedur? Siapapun yang bersalah akan diminta pertanggungjawabannya,” kata Julian.

Selain itu, pemerintah memberikan imbauan agar masyarakat bisa menahan diri dan menghindari aksi kekerasan. Pemerintah, lanjut dia, juga mempersilakan Komnas HAM yang akan menyelidiki peristiwa tersebut. termasuk adanya konflik sengketa tanah dan dugaan tindakan kriminalisasi.

Terkait dengan sengketa tanah tersebut, Julian mengatakan, saat ini perpres pengaturan dan pengadaan lahan sedang dalam tahap finalisasi. Rujukan perpres tersebut adalah Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. “Ini yang sedang diproses peraturan presidennya,” katanya.

Sementara itu, sepuluh anggota Brimob diperiksa Propam Polda Sumatera Selatan, kemarin (30/7). Pemeriksaan terkait tragedi tewasnya seorang pelajar, Angga Prima bin Darmawan (11,7 tahun), warga Desa Tanjung Pinang I, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir itu langsung dipantau Karo Provost Mabes Polri Brigjen Pol Drs Sujarno.

Meskidemikian Sujarwo berkilah kalau kehadirannya di Polda Sumsel bukan memantau pemeriksaan, melainkan sebatas memberikan asistensi terkait Kasus Limbang Jaya II. Ia juga enggan mengomentari kasus bentrok anggota Brimob dengan warga Limbang Jaya II, beberapa waktu lalu.

“Hanya asistensi penanganan kasus ini kepada Polda Sumsel. Lebih jelasnya Anda Tanya langsung ke Kapolda,” kilah jenderal bintang satu itu, di sela-sela waktu istrirahatnya usai rapat dengan Kapolda Sumsel.
Mbr />Pejabat Sementara Kabid Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod Padakova membenarkan pemeriksaan beberapa anggota Brimob oleh Propam Polda Sumsel tersebut. “Lebih dari 10 orang anggota, kita periksa. Pemeriksaan langsung di-back up Mabes Polri. Komandan lapangannya juga diperiksa apakah sesuai prosedur yang dipakai atau tidak. Ya, kita lihat SOP (Standar Operasional Prosedur) yang dipakai,” beber Djarod.

<Ia memastikan kalau anggota Brimob di lapangan ketika itu, hanya dipersenjatai dengan Gas Air mata, peluru hampa, dan peluru karet. “Propam sendiri melakukan pemeriksaan terkait penembakan yang menewaskan Angga, apakah prosedural atau tidak.”

Di lapangan tim Identifikasi Laboratorium Forensik (Labfor) Polri kembali melakukan olah TKP di Limbang Jaya II, kemarin. Kali ini beranggotakan sekitar 10 orang. Mereka terdiri dari tim identifikasi Laboratorium Forensik yang ditemani pamen Polda Sumsel.

Tim tiba di Desa Limbang Jaya I, pukul 11.00. Ratusan warga Desa Limbang Jaya dan Tanjung Pinang terlihat memadati lokasi olah TKP. Warga tampaknya masih ingin tahu cara kerja tim dalam mengusut tuntas insiden penembakan yang dilakukan anggota Brimob kepada warga.

Teras Masjid Darussalam Desa Limbang Jaya II dipenuhi warga yang ingin melihat dari dekat tim Laboratorium Forensik dalam melakukan olah TKP. Simpang III Desa Limbang Jaya I yang pertama kali didatangi petugas untuk mengukur jarak tibanya anggota Brimob sebelum terjadi bentrok dengan warga. Seluruh tempat yang berhubungan atau yang menjadi lokasi bentrok antara warga dengan anggota Brimob diukur dan diperiksa. Termasuk dinding rumah milik warga yang terkena peluru nyasar petugas.

Kendati banyak warga yang ingin menyaksikan olah TKP, petugas dari Laboratorium Forensik sama sekali tidak merasa terganggu atau marah karena ruang geraknya sedikit terbatas. Ucapan santun yang keluar dari mulut petugas saat meminta warga untuk memberi ruang saat pengukuran dilakukan di TKP tempat almarhum Angga Prima tewas. “Warga yang tidak berkepentingan, harap menjauh dari tempat petugas yang sedang bekerja,” kata seorang warga melalui pengeras suara. Baik tim Laboratorium Forensik Polri maupun pamen Polda Sumsel yang menemani petugas melakukan olah TKP tidak memberikan komentar terhadap hasil penyelidikan. Mereka konsentrasi melaksanakan tugasnya. Beberapa warga Desa Limbang Jaya I yang menjadi korban terlihat di lokasi olah TKP. Di antaranya, Farida dan Yarman. Keduanya menunjukkan luka bekas serempetan peluru kepada petugas.

Di sisi lain, Irzan Mahendra yang merupakan teman almarhum Angga ternyata juga ikut menjadi korban penembakan. Hanya luka yang dialaminya tidak begitu parah. Luka bekas serempetan peluru terdapat pada pundak kiri korban Irzan. “Dia (Irzan) baru mau bercerita jika dirinya menjadi korban penembakan setelah Angga dimakamkan,” kata Mulyadi, kades Tanjung Pinang II.

Nyawa Melayang, Melanggar HAM


Tidak hanya petugas Polri yang bergerak cepat dalam melakukan penyelidikan bentrok antara warga Desa Limbang Jaya dan anggota Brimob. Komnas HAM juga sudah turun ke lapangan untuk mencari fakta-fakta dari saksi yang melihat langsung mulai dari awal kedatangan anggota Brimob sampai terjadinya bentrok.

Wakil Ketua Komnas HAM Nurkholis memimpin tim investigasi dari lembaga bertugas menyelidiki pelanggaran HAM tersebut. Rombongan Komnas HAM tersebut tiba di Desa Limbang Jaya I, pukul 11.50 atau berjarak sekitar 50 menit setelah tibanya Tim Laboratorium Forensik Polri yang melakukan olah TKP lanjutan. Lokasi tewasnya almarhum Angga Prima yang pertama kali disambangi mantan direktur LBH Palembang ini.

Nurkholis datang ke Desa Limbang Jaya I bersama lima staf dari Komnas HAM. Kedatangan anggota Komnas HAM bersamaan dengan Siti Romlah, anggota Komisi Perlindungan Anak Sumsel.

Usai memeriksa dan berdialog dengan warga di lokasi tewasnya Angga, Nurkholis bersama Kades Limbang Jaya II Mat Amin dan Kades Tanjung Pinang II menuju rumah kades Limbang Jaya I untuk mendengar keterangan dari saksi yang melihat langsung kejadian bentrok warga dengan anggota Brimob. Rumah Kades Limbang Jaya I menjadi tempat pemeriksaan saksi-saksi tersebut. Nurmara Raya, warga Desa Limbang Jaya I yang pertama kali diminta untuk menceritakan kejadian di desanya. Menurut Nurmara, saat kejadian dirinya sedang berada di rumah. Hanya berselang beberapa saat anggota Brimob masuk ke Desa Limbang Jaya, terdengar suara tembakan tanpa henti sekitar sepuluh kali. Sesekali Nurkholis berucap senjata yang digunakan adalah jenis otomatis. Nurkholis menanyakan tentang lamanya tembakan yang keluar dari senjata anggota Brimob. “Tidak lama, kurang lebih satu menit,” jawab Nurmala.

Saat situasi mulai memanas, sambung Nurmala yang fasih menggunakan Bahasa Indonesia, beberapa warga sudah akan memukul beduk tanda bahaya. Namun tindakan itu masih sempat dicegah warga lain. Tetapi karena suasana mulai tidak menentu, warga akhirnya memukul beduk tanda bahaya. “Kami tidak bisa berbuat apa-apa,” ujarnya. Saksi mata Sayuti, warga Desa Tanjung Pinang II memberikan keterangan di hadapan Nurkholis tentang iring-iringan kendaraan anggota Brimob saat masuk ke desanya pada pukul 14.30. Ada lima kendaraan truk yang mengangkut anggota Brimob disertai puluhan kendaraan lainnya dari berbagai jenis. “Saya bersama Pangki, Cik Den, dan Sobri didatangi anggota Brimob. Cik Den dipukul kepala, Pangki disuruh jongkok, dan saya sendiri didorong dada menggunakan gagang senjata laras panjang,” cerita Sayuti yang merupakan P3N ini.

Dua saksi teman almarhum Angga Prima, yakni Irzan Mahendra dan Ega diminta oleh Nurkholis untuk menceritakan kejadian yang dilihatnya. “Kami mengikuti mobil Brimob mulai dari desa kami sampai ke Desa Limbang Jaya II. Saya juga terkena serempetan peluru di bagian belakang tubuh,” tambah Irzan.

Nurkholis menyatakan bahwa kedatangan Komnas HAM ke Desa Limbang Jaya II untuk menyusun konstruksi cerita dengan mendengarkan keterangan dari warga yang melihat langsung kejadian. Seluruh keterangan tersebut akan dianalis dan menjadi temuan awal Komnas HAM. “Yang pasti menghilangkan nyawa orang lain adalah melanggar HAM karena menghilangkan hak seseorang untuk hidup. Harus ada orang yang bertanggung jawab,” tegas Nurkholis.

Kematian almarhum Angga, sambung Nurkholis akan dilakukan penyelidikan oleh Komnas HAM. Mengapa Angga datang dan terjadinya kasus hilangnya nyawa Angga. “Runtut kejadian ini yang digali oleh Komnas HAM,” cetusnya.

Keterangan dari kepolisian dan warga akan dianalis. Sebab menurut kepolisian, aparat bertindak karena dalam kondisi terancam. Sedangkan menurut warga, aparat melakukan intimidasi kepada warga. Seluruh keterangan dari warga akan menjadi masukan bagi Komnas HAM.(dom/rdl/ran/ce1)



Sumater Ekspres, Selasa 31 Juli 2012

Desak Polda Tarik Pasukan

Komnas HAM Investigasi



LEMABANG 2008

JAKARTA -- Insiden berdarah yang terjadi di Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan menjadi perhatian banyak pihak. Sementara jajaran Polri hingga sekarang masih menyelidiki kasus tersebut.

Terkait insiden yang melibatkan aparat kepolisian tersebut, Komnas HAM meminta Kapolri Timur Pradopo untuk segera menarik seluruh pasukan Brimob dari wilayah tersebut. "Kami meminta Kapolri untuk menarik seluruh pasukan Brimob dan menghentikan segala bentuk tindakan repreasif dalam penyelesaian konflik dengan mengedepankan upaya dialogis. Kami juga mendesak Kapolri untuk segera mengusut peristiwa bentrok 27 Juli 2012" ujar Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim di Jakarta, kemarin (29/7).

Ifdhal menyatakan Kapolri seharusnya mengevalusi kebijakan pengamanan pada wilayah konflik sumber daya alam. Jika tidak dievaluasi, potensi bentrok di daerah perkebunan maupun pertambangan masih tinggi. "Siapapun Kapolrinya kalau tidak dievaluasi penempatan Brimobnya, ya tetap sama (akan terjadi bentrok)," ujar dia.

Instruksi Presiden (kok) Diabaikan

Di Balik Bentrok Warga-Polisi di Limbang Jaya II, Ogan Ilir

LEMABANG 2008

Kejadian yang menyebabkan seorang tewas dan beberapa warga Dusun II Limbang Jaya II, Ogan Ilir terluka kena peluru aparat sebetulnya tidak perlu terjadi asalkan semua pihak bisa menahan diri.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * *



Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI, Nurkholis SH, menyesalkan jatuhnya korban jiwa dalam insiden di Desa Limbang Jaya, Kecamtan Tanjung Batu, Ogan Ilir (OI).

"Komnas HAM menyampaikan belasungkawa dansangat menyesalkan atas jatuhnya korban sampai meninggal dunia," katanya, kemarin. menurut Nurkholis, pada 25 Juli lalu, Presiden SBY meminta seluruh jajaran pemerintah untuk menyelesaikan konflik warga OI dengan PTPN VII Cinta Manis, tidak semata-mata melalui penegakaan hukum, tapi juga pendekatan sosial dan budaya.

Warisan Orde Baru

LEMABANG 2008

Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof Amzulian Rifai SH LLM PhD, menilai konflik warga Ogan Ilir (OI) dengan PTPN VII Cinta Manis telah menjadi persoalan yang pelik dan hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

"Ini persoalan konflik kepemilikan atas tanah. Jadi bukan hanya terjadi di OI dan perusahaan PTPN VII Cinta Manis saja, melainkan telah terjadi juga di beberapa wilayah Indonesia lainnya," kata Amzulian, saat dihubungi, kemarin (28/7).

Menurutnya, konflik pertanahan sekarang ini adalah warisan zaman Orde Baru yang belum bisa diselesaikan. Dimana waktu dulu, pemerintah sering kali dengan mudahnya memberikan izin pengelolaan atas tanah yang dimiliki masyarakat kepada perusahaan yang ada.

"Dulu pemerintah dengan mudahnya mengambil tanah hanya lewat aparat desa. Seperti Kepala Desa. Kemudian memberikan tanah tersebut, kepada perusahaan yang hendak mengelolanya menjadi perkebunan dan lainnya."

Kadang kala, sambungnya, saat kepala desa mengambil tanah dari masyarakat muncul permasalahan atau konflik. Oleh karena, pada zaman Orde Baru, pemerintah bisa memaksakan kehendaknya kepada masyarakat.

Namun seiring perubahan zaman, masyarakat mulai melawan atas kekuasaan yang dinilai tak adil dan sewenang-wenang kepadanya. Disamping itu, pemerintah dengan mudahnya mengeluarkan Hak Guna Usaha (HGU) atas pengelolaan lahan tanah, yang dimiiki. "Warga kadang kala, menilai penerbitan HGU bersift kongkalikong," ungkapnya.

selain itu meruncingnya persoalan antara warga OI dan Perusahaan PTPN VII Cinta Manis, dikarenakan ada oknum yang membuat konflik makin memanas. "Maka itulah, diharapkan semua pihak untuk saling menahan diri."

Ia juga memintah Badan Pertanahan Nasional (BPN), untuk melakukan pemetaan kembali keberadaan tanah tersebut. disamping itu, aparat kepolisian dinilai jangan terlalu overacting (berlebihan, red), dalam melakukan pengamanan. "Lebih baik, kepolisian melakukan intelijen dalam melakukan pengmanan. Daripada menurunkan ratusan polisi untuk berkeliling desa, menakuti masyarakat," tegasnya.

Terpisah, anggota DPD RI asal Sumsel, Abdul Aziz, meminta kasus ini diusut tuntas. "Mana bulan puasa, ada kasus penembakan seperti ini. Emang ini zaman Orde Baru. Sebagai senator, saya minta Kapolda Sumsel segera dievaluasi," ujarnya. (yud/ce1)

Sumatera Ekspres, Minggu, 29 Juli 2012

Bunga Duka Disingkirkan

Bunga Duka Disingkirkan
Tampak karangan bunga duka yang terpasang di sekitar kediaman dari Darmawan, orang tua dari Angga, siswa MTs yang tewas ditembak oleh pasukan Brimob

PALEMBANG - Dua rangkaian bunga duka di dekat gang masuk ke rumah keluarga Darmawan (45), sejak pukul 08.00, Sabtu (28/7/2012) tak terlihat lagi.

Dari pantauan Sripoku.com, karangan bunga duka yang sudah ada sejak pagi, sudah terpasang begitu jenazah Angga (12) tiba di Desa Tanjungpinang. Tidak diketahui dimana karangan bunga yang dikirim pimpinan kepolisian itu diletakkan.

Angga bin Darmawan, tewas ditembak aparat Brimob Polda Sumsel, Jumat (27/07/2012) sore. Peristiwa tersebut terjadi di desa tetangganya, yakni Desa Limbangjaya, Kabupaten Ogan Ilir.

Lagi, Warga-Brimob Bentrok

LEMABANG 2008

Limbang Jaya Berdarah
Satu Pelajar Tewas



INDERALAYA -- Konflik antara warga dari beberapa desa dalam kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan dengan perusahaan gula PTPN VII Unit Cinta Manis, memakan korban jiwa, seorang bocah 13 tahun, Angga Prima bin Darmawan yang tak tahu duduk persoalan harus tewas dengan cara tragis.

Angga, yang warga Dusun II Desa Tanjung Pinang II Kecamatan Tanjung Batu, itu menghembuskan napas terakhirnya setelah pelipis kanannya ditembus timah panas anggota Brimob Polda Sumsel. Peristiwa berdarah itu, terjadi Jumat (27/7) sekitar pukul 15.45 WIB di Dusun II Desa Limbung Jaya II Kecamatan Tanjung Batu.

Selain itu, 5 orang warga juga menderita luka-luka. Kelima warga Limbang Jaya II, itu bernama Rusman (36) luka tembak tangan kiri, dan kepala robek. Farida (40), luka tembak di bahu kanan, Yarman (30), luka tembak di tangan kanan, dan Jessica (18), luka robek di betis kanan, akibat pecahan kaca. Mereka kini menjalani perawatan di RS Bhayangkara, Jl Jendral Sudirman. Satu lagi korban Sobri, luka di bagian bokong. Belum diketahui akibat pantulan peluru atau pecahan benda lain. Ia tidak dirawat di RS, melainkan tetap tinggal di desanya.

Bagaimana kejadiannya? Begini... Informasi yang dihimpun Sumatera Ekspres dari lapangan, Jumat sore, sekitar pukul 15.30 WIB, iring-iringan mobil yang mengangkut anggota Brimob melakukan patroli di Desa Tannjung Pinang II. Di belakang lima mobil terdapat beberapa mobil lainnya. Jalan dalam Desa Tanjung Pinang II dilintasi rombongan Brimob dan melanjutkan perjalanan ke Desa Limbung Jaya II. Jaraknya sekitar 1 Km dari Desa Tanjung Pinang II.

Korban Angga Prima yang merasa asing dengan konvoi mobil yang ditumpangi Brimob, mengikuti arah mobil sampai kr Desa Limbang Jaya II. Saat memasuki Simpang Tiga Desa Limbang Jaya II, mobil mobil rombongan anggota Brimob dilempar batu oleh oleh warga desa setempat.

Anggota Brimob pun melakukan penyisiran terhadap warga Desa Limbang Jaya II. Kedatangan konvoi anggota Brimob tersebut sempat ditemui saksi Subhan (38) yang merupakan anggota BPD dan M Syukri (42), P3N Desa Limbang Jaya II. "Sebagai perangkat desa, kami sempat bertanya kepada anggota Brimob yang melakukan patroli. Niat baik kami mengenalkan diri dan menemui anggota Brimob bukannya disambut baik. Tetapi kata-kata kurang pantas diucapkan anggota Brimob," kata Subhan dann Syukri bersamaan.

Perbincangan antara saksi Subhan dan Syukri tersebut terjadi di Dusun II Desa Limbang Jaya II atau tepatnya di depan masjid. Sebelum berdialog, anggota Brimob sempat mengeluarkan tembakan peringatn ke atas. Pada saat itu, ratusan warga sudah berdatangan mendekati annggota Brimob. Mereka bersenjata parang, golok, batu, dan sajam lainnya.

Terjadi ketegangan antara warga dan anggota Brimob. Entah siapa yang mendahului, tiba-tiba satu lemparan batu mengarah ke arah anggota Brimob. Pada saat anggota Brimob dengan senjata terkokang langsung mengarahkan tembakan datar ke arah kerumunan warga secara membabi buta. Spontan, berondongan peluru tersebut membuat warga kocar-kacir.

Saat berondongan peluru keluar dari moncong senjata, satu peluru mengenai kepala korban Angga Prima yang berdiri di depan pagar rumah warga. Saking kerasnya tembakan membuat tubuh Angga terpental sejauh satu meter. Korban pun tewas di TKP. Supriyadi (35), paman korban yang mengetahui kemenakannya mengalami luka tembak, langsung mendekati dan berusaha membopong tubuh korban. Namun upaya itu sempat dihalangi anggota Brimob. Tubuh saksi Supriyadi sempat didorong anggota Brimob.

Kematian Anngga di tangan anggota Brimob membuat ratusan warga Desa Tanjung Pinang II dan Limbang Jaya II berkumpul di TKP dan rumah almarhum. Petugas TNI dan Polri sendiri terlihat dengan kekuatan penuh berjaga di Simpang Desa Tanjung Pinang untuk mmencegah hal-hal yyang tidak diinginkan. Suasana mencekam di jalan masuk menuju Desa Tanjung Pinang II dan Limbang Jaya II. Ratusan personil TNI dan Polri tersebut meninggalkan lokasi pada pukul 20.30.

Terpisah, Asiah, Ibu dari Jessica--salah satu korban--, mengatakan begitu tahu kedatangan aparat kepolisian dalam jumlah banyak dan bersenjata lengkap, warga memukul beduk. "Sudah jadi tradisi kami bila ada apa-apa memukul beduk. Setelah beduk di pukul, seluruh warga berkumpul."

Selang setengah jam, terjadilah perdebatan antara warga. Kemudian ada beberapa warga yang melemmpari petugas dengan batu. Nah, waktu itu langsung Brimob menembak ke atas dua kali. "Mereka langsung menembaki kami secara membabi buta. Kami banyak yang melarikan diri," ungkapnya saat ditemui di RS Bhyangkara tadi malam.

Yang diketahuinya, Kedatangan petugas ke desanya untuk patroli. "Waktu itu, alasan Brimob datang katanya hanya untuk patroli, tetapi nyatanya mereka menembaki kami. Sebagian warga diamcam oleh Brimob. Malah mereka ada yang mengatakan matikan semua warga. Seperti mau perang," ucapnya sambil menerawang.

Hal senada disampaikan oleh Syahril (27), adik kandung dari Herman. "Yang saya tahu, di lokasi ada enam mobil truk besar yang yang membawa petugas. Di depan posisinya gegana, mereka memakai pakaian hitam-hitam. Kemudian di barisan belakang Brimob. Mereka memakai seragam coklat. Yang menembaki kami itu adalah pakaian hitam-hitam," ungkap Syahril yang saat itu terlihat memakai yang sudah lusuh akibat bercak darah di bajunya.

Selain itu, Adam (25) sopir yang membawa korban Herman dan Farida ke RS Bhayangkara menuturkan peristiwa tersebut sekitar pukul 16.30 WIB. "Sebenarnya korban masih banyak, mas. Tetapi yang baru diketahui baru enam. Korban Rusman dibawa ambulance puskesmas Tanjung Batu ke RS Bhayangkara. Kalau saya bawa korban Herman dan Farida menggunakan mobil anggota dewan OI. Kebetulan, anggota dewan itu adalah om saya," jelasnya.

Penggaanti sementara Kabid Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod Padakova, mengatakan awalnya sore itu, 120 personel Tim Olah TKP dan Dialogis, memasuki memasuki lokasi kejadian. Terdiri atas 30 personel Polres OI dari Satuan Reskrim, Sabhara, Intelkam, diback up 90 personel Satuan Brimob Polda Sumsel. "Mereka mengendarai 16 unti mobil, ada rantis, pribadi, dan EOD Gegana Brimob," ujar Djarod.

Maksud kedatangan Tim Olah TKP dan Diaogis, hendak melakukan Olah TKP terkait hilangannya 120 ton pupuk dari Rayon III PTPN VII Cinta Manis, pada 17 Juli lalu. Sebab Kamis (26/7), petugas berhasil menemukan 5 ton pupuk yang hilang itu, di sekitar areal perkuburan. "Begitu di lokasi kejadian, disambut lemparan batu dan senjata tajam oleh warga. Tim sempat berusaha dialogis dan memberikan tembakan peringatan udara," katanya.

Namun warga tetap melakukan perlawanan, hingga akhirnya terjadi kontak antara polisi dan warga. Dalam kontak itu, sambung Djarod, belum ada laporan anggota polisi yang terluka. Namun, ke 16 mobil polisi tersebut dirusak warga. "Dari laporan Kapolres OI, dari pihak warga ada satu anak berusia 14 tahun yang meninggal dunia, tiga luka-luka. identitasnya masih didata, yang penting kita melakukan penyelamatan dulu," imbuhnya.

Terkait bentrokan yang menimbulkan korban jiwa dari pihak warga dan kerusakan mobil dari kepolisian, Djarod menegaskan Bidang Propam Polda Sumsel langsung membentuk Tim Penyidik.

Ada wacana menarik personel dari lapangan? Djarod mengatakan belum ada rencana itu, tetap akan melakukan pengamanan di lapangan, untuk aset-aset PTPN VII. "Kendali di lapanganan, masih di bawah Kapolres OI yang punya wilayah. Baik itu personel Polres OI sendiri, maupun yang dari Polda Sumsel maupun Brimob Polda Sumsel. Kita juga dibantu oleh pihak TNI. Wilayah yang dijaga 'kan, ada di Rayon III, Induk, dan lainny," terangnya.

Djarod juga mengimbau, warga untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi. Apalagi untuk sementara ini, pasca kejadian situasi sudah mulai kondusif. "Kami tegaskan lagi, tidak ada balita yang meninggal. Dan yang meninggal dunia bukan dua orang, tapi satu orang. Yaitu yang anak berusia 14 tahun tadi, seperti laporan Kapolres OI," tukasnya.

Mabes-Komnas HAM Turun Tangan
Mabes Polri dan Komnas HAM sama-sama akan menurunkann tim ke lokasi kejadian. "Terkait kasus Cinta Manis kami ikuti terus. Untuk yang barusan (bentrok Kemarin), kami belum banyak dapat info, tapi segera kami tangani. Soal korban, ditembak atau tertembak, polisi harus tanggung jawab," cetus Komisioner Komnas HAM, Joni Nelson Simanjuntak, kemarin. (dom/air/cj7/cj3/cjl2)

Sumatera Ekspres, Sabtu, 28 Juli 2012



* * * * * * * * * * * * * * * * * * * *




Sang Kakak Sempat Terjepit Mesin



Gelapnya malam membuat Simpang Desa Tanjung Pinang yang terletak di Jalan Meranjat-Tanjung Batu Km 17, makin mencekam, Apalagi, di sana ratusan petufgas dari anggota Brimob dan Polri terlihat berjaga pascaaksi sweeping yang mereka lakukan. Tatkala Sumatera Ekpres menyambangi kediaman angga Prima bin Darmawan (13), korban peluru Brimob, di Desa Tanjung Pinang, terlihat para pelayat berdatangan. Rumah panggung sekitar 10x10 meter persegi itupun sesak oleh sanak keluarga dan warga Desa Tanjung Pinang II yang ingin melihat dari dekat kondisi tubuh Angga Prima yang terbujur kaku dan ditutupi kain panjang.

Di belakang kepala almarhum Angga Prima, sang Ibu Yohana (45) berusaha tegar dan menerima kenyataan yang ada. "Silakan masuk Pak," ujar seorang keluarga Yohana.

Ketika itu, ibu almarhum Angga itu terlihat menahan tangis saat menceritakan detik-detik menjelang kepergian anak keempat dari enam bersaudara dari suami tercintanya Darmawan (45). Menurut dia, saat anggota Brimob melakukan patroli ke Desa Tanjung Pinang II, dirinya sedang memintal ikan hasil dari menjala Rifaldi (14) anak ketiganya.

Dua beranak itu bahu membahu memintal ikan menggunaka mesin penghancur untuk dijadikan pempek dan kemplang. "Kami berdua tidak mengetahui jika Angga mengiringi mobil Brimob menuju Desa Limbang Jaya II karena sedang memintal ikan di rumah," kata Yohana mengawali pembicaraan.

Dia sendiri mengetahui jika anaknya yang duduk di bangku kelas X MTs ini dari Azhar (50), warga Desa Limbang Jaya yang merupakan besannya. "Kak AZhar yang memberitahu jika Angga menjadi korban penembakan anggota Brimob," tutur Yohana.

Di mata keluarga, Angga dikenal sebagai anak periang yang suka membantu orang tua. Dugaan keluarga, karena rasa ingin tahu dan aneh melihat banyak mobil polisi yang masuk ke desa membuat Angga mengikuti konvoi anggota Brimob sampai Desa Limbang Jaya II. "Sudah 50 tahun saya hidup, bari kali ini desa kami didatangi Brimob seperti mau perang," timpa Azhar.

Yohana sendiri tidak memiliki firasat jika anak keempatnya itu akan untuk selamanya. Apalagi, baru dua hari Darmawan, suaminya berangkat merantau ke Jambi menjadi pandai besi. Hanya Rifaldi, sang kakak punya firasat tidak baik saat adiknya tewas. Tangan kanannya yang sedang memasukan daging ikan yang akan dipintal sempat masuk dan terjepit mesin. Tetapi dia langsung menarik tangan kanannya. "Mungkin itulah firasat jika Angga akan meninggal," tukasny. (*)

Sumatera Ekspres, Sabtu, 28 Juli 2012