Minggu, 30 September 2012

Reporter TV One Dicekik Oknum Polisi



MEDAN - Kekerasan dan aksi menghalang-halangi kerja jurnalistik kembali terjadi. Kali ini menimpa jurnalis televisi, Bahana Situmorang.

Korban yang bekerja sebagai reporter TV One Medan, Sumatera Utara, ini dianiaya oknum polisi dari Satuan Sabhara Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) yang bertugas di asrama Haji Embarkasi Polonia Medan, di Jalan AH Nasution, Kamis (27/9/2012).

Kepala Biro TV One Medan Linova sangat menyesalkan kejadian ini. Dia mengatakan, korban akan melaporkan pelaku hari ini ke Polda Sumut agar menjadi pembelajaran buat yang lain.

"Upaya hukum yang ditempuh sebagai bentuk pembelajaran bagi kita semua khususnya aparat agar tidak melecehkan tugas dan fungsi jurnalis TV di lapangan. Kami sangat menyayangkan insiden seperti ini masih terjadi di kalangan jurnalis," katanya, Jumat (28/9/2012).

Dia mencatat dalam setahun terakhir lima reporternya mengalami kasus tak jauh berbeda dengan kejadian yang dialami korban. Kontributor Kabupaten Tanah Karo belum lama lalu nyaris dibunuh dan dirampok, bahkan difitnah oleh si pelaku. Insiden yang diselesaikan damai juga terjadi saat liputan di Rutan Pangkalan Brandan, Kabupaten Langkat.

Ramadhan lalu, kameramen dipukul oleh pengunjung tempat hiburan malam yang dirazia. Terakhir reporter yang dipukul petugas medis saat bertanya mengapa pelayanan ditutup cepat.

Ini menunjukkan banyak yang belum memahami tugas jurnalistik TV. Catatan ini belum ditambah kejadian yang menimpa jurnalis TV lain di tahun yang sama.

"Sungguh memprihatinkan, di tengah euforia demokrasi dan wartawan begitu bersemangatnya membuat pemberitaan untuk perubahan yang lebih baik negeri ini, malah menjadi korban pihak-pihak yang tak paham tugas yang diemban jurnalis," tegas Nova.

Untuk diketahui, peristiwa ini bermula saat korban melakukan peliputan terhadap aktivitas jamaah calon haji selama di asrama. Terjadi keributan antara polisi yang berjaga dan keluarga calon jamaah yang ingin masuk ke asrama.

"Saat ingin mengambil gambar keributan itu, aku langsung dicekik polisi yang diketahui bernama Brigadir Irvansyah," kata korban.

"Ngapain kau ambil gambar, tak usah kau urusi di sini, sana saja kau kalau mau liputan," ucap korban menirukan ucapan pelaku.

Korban sempat bertanya kepada pelaku mengapa melakukan tindakan arogan tersebut kepada dirinya yang sedang menjalani tugas jurnalistik, tapi oknum polisi itu tidak memedulikannya.

Keributan dimulai saat polisi yang berjaga melarang keluarga calon jamaah masuk ke asrama karena tidak memiliki ID Pass khusus untuk pengunjung. Tetapi, peraturan tersebut ternyata tidak berlaku untuk semua.

Humas Polda Sumut Kombes Raden Heru Prakoso yang dihubungi wartawan via seluler mengatakan sudah menghubungi Kabiro TV One Medan untuk meminta maaf.

"Saya sudah menelepon Kabiro TV One dan saya meminta maaf. Mungkin hanya miss komunikasi saja saat itu," kata Heru sambil menambahkan, peristiwa ini tidaklah perlu diperpanjang.

"Jika anggotanya salah, saya minta maaf. Silakan kalau mau melapor ke Bid Propam, itu hak dia," tegasnya.

Linova mengakui, seusai insiden, dirinya menerima permintaan maaf dari humas Polda Sumut.

"Tapi, pimpinan di Jakarta minta proses hukum tetap diteruskan agar menjadi pembelajaran buat yang lain," ucap mantan Ketua Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumut ini.

Editor : Sudarwan
Sumber : Kompas.com
Sriwijaya Post - Jumat, 28 September 2012

Senin, 10 September 2012

Guru Dituntut Kreatif

PALEMBANG -- Agar sisawa tidak bosan dan lebih cepat menyerap materi, para guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 2 Palembang dituntut kreatif, membiasakan diri menyampaikan materi pelajaran menggukan alat peraga

Kepala MIN 2 Palembang, Budiman SPd I MM Pd, mengatakan, sistem belajar dengan menggukan alat peraga telah diterapkan kpada siswa sejak lama oleh setiap guru mata pelajaran sehingga materi belajar lebih mudah dimengerti oleh siswa.

"Sistem pembelajaran ini diterapkan untuk siswa kelas 1 hingga kelas 6. Materi yang disampaikan disesuaikan dengan mata pelajaran setiap tingkat kelasnya," ujarnyaa, kemarin. Dikatakan Budiman, setiap mata pelajaran dianjurkan untuk mengajar menggunakan media peraga. "Memang kami tidak mewajibkan setiap guru menggunakan alat peraga, tapi demi efektifnya proses belajar mengajar seharusnya hal tersebut dilakukan," ucapnya.

Sementara Nurhastuti SPdi dan RA Mustika Hariyati SPd , keduanya guru Matematika kelas 1 MIN 2 Palembang, mengaku, sistem belajar menggunakan media peraga dirasa efektif sehingga siswa dapat lebih cepat memahami materi yang disampaikan. Metode pengajarannya dengan berbagai cara seperti mengenal huruf, angka dan belajar berhitung sambil bermain sehingga suasana belajar terasa lebih menyenangkan. (cj3/ce1)

Sumatera Ekspres, Senin, 10 September 2012

Siap Mengabdi ke Masyarakat

PALEMBANG -- Sebanyak 575 mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Bina Husada Palebang mengikuti wisuda ke-11 sekaligus Dies Natalies ke-12 di Gedung OPI Convention Center, belum lama ini.

Ketua STIK Bina Husada, dr Chairil Zaman MSc, mengatakan, wisuda yang diadakan memiliki arti penting karea masyarakat mendapatkan kembali putera-puteri yang siap mengabdi kepada masyarakat, bangsa, dan negara. "Diharapkan alumni dapat menjadi alumni yang membanggakan, jenius, religius dan interpreneurship, yang bisa mandiri dan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri," bebernya.

Dengan wisuda ke-11 ini, pihaknya semakin bertekad dan teguh niat untuk bersama-sama memperkokoh proses pendidikan bagi anak-anak bangsa dalam mewujudkan cita-cita STIK Bina Husada menjadi yang terkemuka di Indonesia.

ke-575 alumni tersebut, terdiri dari 34 orang dari Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat (PPSKM), 134 orang dari Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (PSIKM), 206 orang dari Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK), dan 92 orang dari Program Studi Kebidanan (PSKb). (cj3/ce1)

Sumatera Ekspres, Senin, 10 September 2012

Warga Serbu Rumah Dokter

PALEMBANG -- Ada-ada saja kejadian sesama tetangga. Ratusan warga mendatangi kediaman dr Frd, di Jl Gotong Royang, Lr Mentas, RT 32, RW 9, Kelurahan Demang Lebar Daun, Kecamatan Ilir Barat (IB) I, Minggu (9/9), sekitar pukul 16.30 WIB. Para tetangga ini mendesak mendesak sang dokter pindah rumah. Menurut warga, sang dokter sering memancing keributan dan permusuhan dengan warga dengan sikap arogan.

Puncaknya kemarin, sang dokter kembali ribut dengan seorang warga bernama Drs A Rifai, terkait ucapan sang dokter yang tidak sopan. Warga yang merasa tidak tahan lagi, akhirnya "menyerbu" kediaman dr Frd.

Sebelum mendatangi rumah dr Frd, mereka berkoordinasi dulu dengan Polsekta IB I dan tokoh masyarakat sekitar. Hasilnya, mereka mendesak dr Frd keluar dari rumahnya. Untuk mencegah perbuatan anarkis, polisi menjaga dr Frd keluar dari rumah dan diamankan ke kantor Polsekta IB I sekitar pukul 17.30 WIB. Dokter Frd ditemani pembantunya mengendarai mobil Suzuki Escudo BG 1315 QU menuju Polsekta IB I. Ratusan warga pun ikut mengantarkan dr Frd ke Polsekta IB I.

Di Polsekta IB I, aparat kepolisian yang diwakili Kanit Reskrim Iptu AK Sembiring menggelar musyarawarah dengan tokoh masyarak at dan warga yang mengaku "dilecehkan" korban dr Frd. Semantara, dr Frd yang diamankan di ruang IV tim reksa. Namun sayang, wartawan belum diperkenankan memotret dan mewawancarai dr Frd.

Setelah satu jam berembuk membahas sikap dr Frd, akhirnya Rifai melaoprkan Frd ke Sentra Pelayanan Terpadu (SPT) Polsekta atas dugaan perbuatan tidak menyenangkan, pasal 335 KUHP.

Ketua RT 32, Rosani Amin membenarkan reaksi warga atas sikap dr Frd. "Warga mendatangi rumah dr Frd secara spontan karena mendengar keributan dengan Rifai. Harapan warga, agar dr Frd sadar dan meminta maaf karena perbuatannnya tidak sesuai dengan sikap seorang pendidik. Jangan terulang lagi dan warga menyarankan agar dia untuk pindah rumah saja. Untuk itulah kami kami membahasnya dengan tokoh masyarakat bersama polisi, bagaimana yang terbaik," ujar Rosani.

Awah (43), salah seorang warga mengatakan, dirinya pernah tersinggung atas ucapan dr Frd yang mengatakan kalau dirinya tidak level dengan warga. Hal itu diucapkan setelah dirinya sempat ditegur warga karena mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi dan membahayakan. "Namun, bukannya minta maaf, dia malah menghina," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan warga lain, Yuli. Dia mengaku pernah dipukul tangannya oleh dr Frd. Pada umumnya, warga mengaku bahwa sang dokter mengemudi dengan kecepatan tinggi dan nyaris menabrak warga sekitar. Namun, kalau dinasehati, ia malah menuduh warga yang bukan-bukan.

Kapolsek IB I Kompol Sonny Trianto, melalui Kanit Reskrim Iptu AK Sembiring mengungkap, pihaknya berjanji akan memproses kasus ini. Namun yang terpenting, ia berharap kepada warga sekitar kediaman sang dokter jangan bertindak anarkis dan main hakim sendiri. "Akan kami proses, namun jangan anarkis. Kasus ini hanya kesalahpahaman saja. Warga sudah kami beri pemahaman. Sekitar pukul 19.00 WIB, semua warga sudah pulang termasuk sang dokter. Tidak ada yang diamankan," kata Sembiring. (roz/cj12/ce1)

Sumatera Ekspres, Senin, 10 September 2012