Selasa, 31 Juli 2012

Kapolri: Tindak Tegas

Kapolri: Tindak Tegas
OLAH TKP : Tim Forensik saat melakukan olah TKP di Desa Limbang Jaya II, kemarin, disaksikan ribuan warga setempat

10 Anggota Brimob Diperiksa



PALEMBANG – Polri membantah korban tewas dalam bentrokan berdarah antara warga Ogan Ilir dan aparat Brimob Polda Sumatera Selatan akibat terkena peluru. Meski begitu, Kapolri Jenderal Timur Pradopo menegaskan, tetap akan menindak tegas oknum polisi yang melakukan pelanggaran dalam insiden tersebut.

“Nanti kita tunggu hasil investigasinya. Kalau ada pelanggaran, kita akan proses,” kata Timur sesuai buka puasa di kediaman dinas Ketua DPD Irman Gusman, kemarin (30/7). Mabes Polri, kata dia, sudah menerjunkan tim untuk menyelidiki peristiwa tersebut.

Tim tersebut dipimpin oleh kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) yang didukung Bareskrim, dan unsur polisi kewilayahan. “Semua masih dalam penyelidikan. Kita ungkap seterang-terangnya,” kata mantan kapolda Metro Jaya itu. Seperti diketahui, bentrok di Desa Limbang Jaya II, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir bermula ketika pasukan Brimob memasuki desa tersebut dengan iring-iringan truk, pada 27 Juli 2012. Sweeping tersebut dilakukan dalam rangka menyisir dan mencari pelaku pencurian 127 ton pupuk milik Pabrik Gula Cinta Manis yang dikelola PTPN VII.

Namun, menyaksikan iring-iringan truk Brimob tersebut, warga Desa Limbang Jaya membunyikan kentongan dan mendatangi mereka. Melihat banyaknya warga yang menghampiri, anggota Brimob kemudian mengeluarkan tembakan. Bentrokan tak terhindarkan. Saat bentrok terjadi, Angga yang baru duduk di kelas 1 SMP tewas tertembak di kepala saat dia keluar dari tempat bermain PlayStation. Selain satu korban tewas, sedikitnya lima orang lainnya terluka dalam bentrok warga dan Brimob ini.

Di bagian lain, Istana menyesalkan jatuhnya korban dalam insiden tersebut. Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan, Presiden SBY sudah memberikan instruksi kepada Menko Polhukam untuk menindaklanjuti dan mencari solusi terbaik masalah itu. “Apakah ada yang di luar prosedur? Siapapun yang bersalah akan diminta pertanggungjawabannya,” kata Julian.

Selain itu, pemerintah memberikan imbauan agar masyarakat bisa menahan diri dan menghindari aksi kekerasan. Pemerintah, lanjut dia, juga mempersilakan Komnas HAM yang akan menyelidiki peristiwa tersebut. termasuk adanya konflik sengketa tanah dan dugaan tindakan kriminalisasi.

Terkait dengan sengketa tanah tersebut, Julian mengatakan, saat ini perpres pengaturan dan pengadaan lahan sedang dalam tahap finalisasi. Rujukan perpres tersebut adalah Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum. “Ini yang sedang diproses peraturan presidennya,” katanya.

Sementara itu, sepuluh anggota Brimob diperiksa Propam Polda Sumatera Selatan, kemarin (30/7). Pemeriksaan terkait tragedi tewasnya seorang pelajar, Angga Prima bin Darmawan (11,7 tahun), warga Desa Tanjung Pinang I, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir itu langsung dipantau Karo Provost Mabes Polri Brigjen Pol Drs Sujarno.

Meskidemikian Sujarwo berkilah kalau kehadirannya di Polda Sumsel bukan memantau pemeriksaan, melainkan sebatas memberikan asistensi terkait Kasus Limbang Jaya II. Ia juga enggan mengomentari kasus bentrok anggota Brimob dengan warga Limbang Jaya II, beberapa waktu lalu.

“Hanya asistensi penanganan kasus ini kepada Polda Sumsel. Lebih jelasnya Anda Tanya langsung ke Kapolda,” kilah jenderal bintang satu itu, di sela-sela waktu istrirahatnya usai rapat dengan Kapolda Sumsel.
Mbr />Pejabat Sementara Kabid Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod Padakova membenarkan pemeriksaan beberapa anggota Brimob oleh Propam Polda Sumsel tersebut. “Lebih dari 10 orang anggota, kita periksa. Pemeriksaan langsung di-back up Mabes Polri. Komandan lapangannya juga diperiksa apakah sesuai prosedur yang dipakai atau tidak. Ya, kita lihat SOP (Standar Operasional Prosedur) yang dipakai,” beber Djarod.

<Ia memastikan kalau anggota Brimob di lapangan ketika itu, hanya dipersenjatai dengan Gas Air mata, peluru hampa, dan peluru karet. “Propam sendiri melakukan pemeriksaan terkait penembakan yang menewaskan Angga, apakah prosedural atau tidak.”

Di lapangan tim Identifikasi Laboratorium Forensik (Labfor) Polri kembali melakukan olah TKP di Limbang Jaya II, kemarin. Kali ini beranggotakan sekitar 10 orang. Mereka terdiri dari tim identifikasi Laboratorium Forensik yang ditemani pamen Polda Sumsel.

Tim tiba di Desa Limbang Jaya I, pukul 11.00. Ratusan warga Desa Limbang Jaya dan Tanjung Pinang terlihat memadati lokasi olah TKP. Warga tampaknya masih ingin tahu cara kerja tim dalam mengusut tuntas insiden penembakan yang dilakukan anggota Brimob kepada warga.

Teras Masjid Darussalam Desa Limbang Jaya II dipenuhi warga yang ingin melihat dari dekat tim Laboratorium Forensik dalam melakukan olah TKP. Simpang III Desa Limbang Jaya I yang pertama kali didatangi petugas untuk mengukur jarak tibanya anggota Brimob sebelum terjadi bentrok dengan warga. Seluruh tempat yang berhubungan atau yang menjadi lokasi bentrok antara warga dengan anggota Brimob diukur dan diperiksa. Termasuk dinding rumah milik warga yang terkena peluru nyasar petugas.

Kendati banyak warga yang ingin menyaksikan olah TKP, petugas dari Laboratorium Forensik sama sekali tidak merasa terganggu atau marah karena ruang geraknya sedikit terbatas. Ucapan santun yang keluar dari mulut petugas saat meminta warga untuk memberi ruang saat pengukuran dilakukan di TKP tempat almarhum Angga Prima tewas. “Warga yang tidak berkepentingan, harap menjauh dari tempat petugas yang sedang bekerja,” kata seorang warga melalui pengeras suara. Baik tim Laboratorium Forensik Polri maupun pamen Polda Sumsel yang menemani petugas melakukan olah TKP tidak memberikan komentar terhadap hasil penyelidikan. Mereka konsentrasi melaksanakan tugasnya. Beberapa warga Desa Limbang Jaya I yang menjadi korban terlihat di lokasi olah TKP. Di antaranya, Farida dan Yarman. Keduanya menunjukkan luka bekas serempetan peluru kepada petugas.

Di sisi lain, Irzan Mahendra yang merupakan teman almarhum Angga ternyata juga ikut menjadi korban penembakan. Hanya luka yang dialaminya tidak begitu parah. Luka bekas serempetan peluru terdapat pada pundak kiri korban Irzan. “Dia (Irzan) baru mau bercerita jika dirinya menjadi korban penembakan setelah Angga dimakamkan,” kata Mulyadi, kades Tanjung Pinang II.

Nyawa Melayang, Melanggar HAM


Tidak hanya petugas Polri yang bergerak cepat dalam melakukan penyelidikan bentrok antara warga Desa Limbang Jaya dan anggota Brimob. Komnas HAM juga sudah turun ke lapangan untuk mencari fakta-fakta dari saksi yang melihat langsung mulai dari awal kedatangan anggota Brimob sampai terjadinya bentrok.

Wakil Ketua Komnas HAM Nurkholis memimpin tim investigasi dari lembaga bertugas menyelidiki pelanggaran HAM tersebut. Rombongan Komnas HAM tersebut tiba di Desa Limbang Jaya I, pukul 11.50 atau berjarak sekitar 50 menit setelah tibanya Tim Laboratorium Forensik Polri yang melakukan olah TKP lanjutan. Lokasi tewasnya almarhum Angga Prima yang pertama kali disambangi mantan direktur LBH Palembang ini.

Nurkholis datang ke Desa Limbang Jaya I bersama lima staf dari Komnas HAM. Kedatangan anggota Komnas HAM bersamaan dengan Siti Romlah, anggota Komisi Perlindungan Anak Sumsel.

Usai memeriksa dan berdialog dengan warga di lokasi tewasnya Angga, Nurkholis bersama Kades Limbang Jaya II Mat Amin dan Kades Tanjung Pinang II menuju rumah kades Limbang Jaya I untuk mendengar keterangan dari saksi yang melihat langsung kejadian bentrok warga dengan anggota Brimob. Rumah Kades Limbang Jaya I menjadi tempat pemeriksaan saksi-saksi tersebut. Nurmara Raya, warga Desa Limbang Jaya I yang pertama kali diminta untuk menceritakan kejadian di desanya. Menurut Nurmara, saat kejadian dirinya sedang berada di rumah. Hanya berselang beberapa saat anggota Brimob masuk ke Desa Limbang Jaya, terdengar suara tembakan tanpa henti sekitar sepuluh kali. Sesekali Nurkholis berucap senjata yang digunakan adalah jenis otomatis. Nurkholis menanyakan tentang lamanya tembakan yang keluar dari senjata anggota Brimob. “Tidak lama, kurang lebih satu menit,” jawab Nurmala.

Saat situasi mulai memanas, sambung Nurmala yang fasih menggunakan Bahasa Indonesia, beberapa warga sudah akan memukul beduk tanda bahaya. Namun tindakan itu masih sempat dicegah warga lain. Tetapi karena suasana mulai tidak menentu, warga akhirnya memukul beduk tanda bahaya. “Kami tidak bisa berbuat apa-apa,” ujarnya. Saksi mata Sayuti, warga Desa Tanjung Pinang II memberikan keterangan di hadapan Nurkholis tentang iring-iringan kendaraan anggota Brimob saat masuk ke desanya pada pukul 14.30. Ada lima kendaraan truk yang mengangkut anggota Brimob disertai puluhan kendaraan lainnya dari berbagai jenis. “Saya bersama Pangki, Cik Den, dan Sobri didatangi anggota Brimob. Cik Den dipukul kepala, Pangki disuruh jongkok, dan saya sendiri didorong dada menggunakan gagang senjata laras panjang,” cerita Sayuti yang merupakan P3N ini.

Dua saksi teman almarhum Angga Prima, yakni Irzan Mahendra dan Ega diminta oleh Nurkholis untuk menceritakan kejadian yang dilihatnya. “Kami mengikuti mobil Brimob mulai dari desa kami sampai ke Desa Limbang Jaya II. Saya juga terkena serempetan peluru di bagian belakang tubuh,” tambah Irzan.

Nurkholis menyatakan bahwa kedatangan Komnas HAM ke Desa Limbang Jaya II untuk menyusun konstruksi cerita dengan mendengarkan keterangan dari warga yang melihat langsung kejadian. Seluruh keterangan tersebut akan dianalis dan menjadi temuan awal Komnas HAM. “Yang pasti menghilangkan nyawa orang lain adalah melanggar HAM karena menghilangkan hak seseorang untuk hidup. Harus ada orang yang bertanggung jawab,” tegas Nurkholis.

Kematian almarhum Angga, sambung Nurkholis akan dilakukan penyelidikan oleh Komnas HAM. Mengapa Angga datang dan terjadinya kasus hilangnya nyawa Angga. “Runtut kejadian ini yang digali oleh Komnas HAM,” cetusnya.

Keterangan dari kepolisian dan warga akan dianalis. Sebab menurut kepolisian, aparat bertindak karena dalam kondisi terancam. Sedangkan menurut warga, aparat melakukan intimidasi kepada warga. Seluruh keterangan dari warga akan menjadi masukan bagi Komnas HAM.(dom/rdl/ran/ce1)



Sumater Ekspres, Selasa 31 Juli 2012

Desak Polda Tarik Pasukan

Komnas HAM Investigasi



LEMABANG 2008

JAKARTA -- Insiden berdarah yang terjadi di Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan menjadi perhatian banyak pihak. Sementara jajaran Polri hingga sekarang masih menyelidiki kasus tersebut.

Terkait insiden yang melibatkan aparat kepolisian tersebut, Komnas HAM meminta Kapolri Timur Pradopo untuk segera menarik seluruh pasukan Brimob dari wilayah tersebut. "Kami meminta Kapolri untuk menarik seluruh pasukan Brimob dan menghentikan segala bentuk tindakan repreasif dalam penyelesaian konflik dengan mengedepankan upaya dialogis. Kami juga mendesak Kapolri untuk segera mengusut peristiwa bentrok 27 Juli 2012" ujar Ketua Komnas HAM Ifdhal Kasim di Jakarta, kemarin (29/7).

Ifdhal menyatakan Kapolri seharusnya mengevalusi kebijakan pengamanan pada wilayah konflik sumber daya alam. Jika tidak dievaluasi, potensi bentrok di daerah perkebunan maupun pertambangan masih tinggi. "Siapapun Kapolrinya kalau tidak dievaluasi penempatan Brimobnya, ya tetap sama (akan terjadi bentrok)," ujar dia.

Instruksi Presiden (kok) Diabaikan

Di Balik Bentrok Warga-Polisi di Limbang Jaya II, Ogan Ilir

LEMABANG 2008

Kejadian yang menyebabkan seorang tewas dan beberapa warga Dusun II Limbang Jaya II, Ogan Ilir terluka kena peluru aparat sebetulnya tidak perlu terjadi asalkan semua pihak bisa menahan diri.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * *



Wakil Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI, Nurkholis SH, menyesalkan jatuhnya korban jiwa dalam insiden di Desa Limbang Jaya, Kecamtan Tanjung Batu, Ogan Ilir (OI).

"Komnas HAM menyampaikan belasungkawa dansangat menyesalkan atas jatuhnya korban sampai meninggal dunia," katanya, kemarin. menurut Nurkholis, pada 25 Juli lalu, Presiden SBY meminta seluruh jajaran pemerintah untuk menyelesaikan konflik warga OI dengan PTPN VII Cinta Manis, tidak semata-mata melalui penegakaan hukum, tapi juga pendekatan sosial dan budaya.

Warisan Orde Baru

LEMABANG 2008

Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya (Unsri), Prof Amzulian Rifai SH LLM PhD, menilai konflik warga Ogan Ilir (OI) dengan PTPN VII Cinta Manis telah menjadi persoalan yang pelik dan hampir terjadi di seluruh wilayah Indonesia.

"Ini persoalan konflik kepemilikan atas tanah. Jadi bukan hanya terjadi di OI dan perusahaan PTPN VII Cinta Manis saja, melainkan telah terjadi juga di beberapa wilayah Indonesia lainnya," kata Amzulian, saat dihubungi, kemarin (28/7).

Menurutnya, konflik pertanahan sekarang ini adalah warisan zaman Orde Baru yang belum bisa diselesaikan. Dimana waktu dulu, pemerintah sering kali dengan mudahnya memberikan izin pengelolaan atas tanah yang dimiliki masyarakat kepada perusahaan yang ada.

"Dulu pemerintah dengan mudahnya mengambil tanah hanya lewat aparat desa. Seperti Kepala Desa. Kemudian memberikan tanah tersebut, kepada perusahaan yang hendak mengelolanya menjadi perkebunan dan lainnya."

Kadang kala, sambungnya, saat kepala desa mengambil tanah dari masyarakat muncul permasalahan atau konflik. Oleh karena, pada zaman Orde Baru, pemerintah bisa memaksakan kehendaknya kepada masyarakat.

Namun seiring perubahan zaman, masyarakat mulai melawan atas kekuasaan yang dinilai tak adil dan sewenang-wenang kepadanya. Disamping itu, pemerintah dengan mudahnya mengeluarkan Hak Guna Usaha (HGU) atas pengelolaan lahan tanah, yang dimiiki. "Warga kadang kala, menilai penerbitan HGU bersift kongkalikong," ungkapnya.

selain itu meruncingnya persoalan antara warga OI dan Perusahaan PTPN VII Cinta Manis, dikarenakan ada oknum yang membuat konflik makin memanas. "Maka itulah, diharapkan semua pihak untuk saling menahan diri."

Ia juga memintah Badan Pertanahan Nasional (BPN), untuk melakukan pemetaan kembali keberadaan tanah tersebut. disamping itu, aparat kepolisian dinilai jangan terlalu overacting (berlebihan, red), dalam melakukan pengamanan. "Lebih baik, kepolisian melakukan intelijen dalam melakukan pengmanan. Daripada menurunkan ratusan polisi untuk berkeliling desa, menakuti masyarakat," tegasnya.

Terpisah, anggota DPD RI asal Sumsel, Abdul Aziz, meminta kasus ini diusut tuntas. "Mana bulan puasa, ada kasus penembakan seperti ini. Emang ini zaman Orde Baru. Sebagai senator, saya minta Kapolda Sumsel segera dievaluasi," ujarnya. (yud/ce1)

Sumatera Ekspres, Minggu, 29 Juli 2012

Bunga Duka Disingkirkan

Bunga Duka Disingkirkan
Tampak karangan bunga duka yang terpasang di sekitar kediaman dari Darmawan, orang tua dari Angga, siswa MTs yang tewas ditembak oleh pasukan Brimob

PALEMBANG - Dua rangkaian bunga duka di dekat gang masuk ke rumah keluarga Darmawan (45), sejak pukul 08.00, Sabtu (28/7/2012) tak terlihat lagi.

Dari pantauan Sripoku.com, karangan bunga duka yang sudah ada sejak pagi, sudah terpasang begitu jenazah Angga (12) tiba di Desa Tanjungpinang. Tidak diketahui dimana karangan bunga yang dikirim pimpinan kepolisian itu diletakkan.

Angga bin Darmawan, tewas ditembak aparat Brimob Polda Sumsel, Jumat (27/07/2012) sore. Peristiwa tersebut terjadi di desa tetangganya, yakni Desa Limbangjaya, Kabupaten Ogan Ilir.

Lagi, Warga-Brimob Bentrok

LEMABANG 2008

Limbang Jaya Berdarah
Satu Pelajar Tewas



INDERALAYA -- Konflik antara warga dari beberapa desa dalam kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan dengan perusahaan gula PTPN VII Unit Cinta Manis, memakan korban jiwa, seorang bocah 13 tahun, Angga Prima bin Darmawan yang tak tahu duduk persoalan harus tewas dengan cara tragis.

Angga, yang warga Dusun II Desa Tanjung Pinang II Kecamatan Tanjung Batu, itu menghembuskan napas terakhirnya setelah pelipis kanannya ditembus timah panas anggota Brimob Polda Sumsel. Peristiwa berdarah itu, terjadi Jumat (27/7) sekitar pukul 15.45 WIB di Dusun II Desa Limbung Jaya II Kecamatan Tanjung Batu.

Selain itu, 5 orang warga juga menderita luka-luka. Kelima warga Limbang Jaya II, itu bernama Rusman (36) luka tembak tangan kiri, dan kepala robek. Farida (40), luka tembak di bahu kanan, Yarman (30), luka tembak di tangan kanan, dan Jessica (18), luka robek di betis kanan, akibat pecahan kaca. Mereka kini menjalani perawatan di RS Bhayangkara, Jl Jendral Sudirman. Satu lagi korban Sobri, luka di bagian bokong. Belum diketahui akibat pantulan peluru atau pecahan benda lain. Ia tidak dirawat di RS, melainkan tetap tinggal di desanya.

Bagaimana kejadiannya? Begini... Informasi yang dihimpun Sumatera Ekspres dari lapangan, Jumat sore, sekitar pukul 15.30 WIB, iring-iringan mobil yang mengangkut anggota Brimob melakukan patroli di Desa Tannjung Pinang II. Di belakang lima mobil terdapat beberapa mobil lainnya. Jalan dalam Desa Tanjung Pinang II dilintasi rombongan Brimob dan melanjutkan perjalanan ke Desa Limbung Jaya II. Jaraknya sekitar 1 Km dari Desa Tanjung Pinang II.

Korban Angga Prima yang merasa asing dengan konvoi mobil yang ditumpangi Brimob, mengikuti arah mobil sampai kr Desa Limbang Jaya II. Saat memasuki Simpang Tiga Desa Limbang Jaya II, mobil mobil rombongan anggota Brimob dilempar batu oleh oleh warga desa setempat.

Anggota Brimob pun melakukan penyisiran terhadap warga Desa Limbang Jaya II. Kedatangan konvoi anggota Brimob tersebut sempat ditemui saksi Subhan (38) yang merupakan anggota BPD dan M Syukri (42), P3N Desa Limbang Jaya II. "Sebagai perangkat desa, kami sempat bertanya kepada anggota Brimob yang melakukan patroli. Niat baik kami mengenalkan diri dan menemui anggota Brimob bukannya disambut baik. Tetapi kata-kata kurang pantas diucapkan anggota Brimob," kata Subhan dann Syukri bersamaan.

Perbincangan antara saksi Subhan dan Syukri tersebut terjadi di Dusun II Desa Limbang Jaya II atau tepatnya di depan masjid. Sebelum berdialog, anggota Brimob sempat mengeluarkan tembakan peringatn ke atas. Pada saat itu, ratusan warga sudah berdatangan mendekati annggota Brimob. Mereka bersenjata parang, golok, batu, dan sajam lainnya.

Terjadi ketegangan antara warga dan anggota Brimob. Entah siapa yang mendahului, tiba-tiba satu lemparan batu mengarah ke arah anggota Brimob. Pada saat anggota Brimob dengan senjata terkokang langsung mengarahkan tembakan datar ke arah kerumunan warga secara membabi buta. Spontan, berondongan peluru tersebut membuat warga kocar-kacir.

Saat berondongan peluru keluar dari moncong senjata, satu peluru mengenai kepala korban Angga Prima yang berdiri di depan pagar rumah warga. Saking kerasnya tembakan membuat tubuh Angga terpental sejauh satu meter. Korban pun tewas di TKP. Supriyadi (35), paman korban yang mengetahui kemenakannya mengalami luka tembak, langsung mendekati dan berusaha membopong tubuh korban. Namun upaya itu sempat dihalangi anggota Brimob. Tubuh saksi Supriyadi sempat didorong anggota Brimob.

Kematian Anngga di tangan anggota Brimob membuat ratusan warga Desa Tanjung Pinang II dan Limbang Jaya II berkumpul di TKP dan rumah almarhum. Petugas TNI dan Polri sendiri terlihat dengan kekuatan penuh berjaga di Simpang Desa Tanjung Pinang untuk mmencegah hal-hal yyang tidak diinginkan. Suasana mencekam di jalan masuk menuju Desa Tanjung Pinang II dan Limbang Jaya II. Ratusan personil TNI dan Polri tersebut meninggalkan lokasi pada pukul 20.30.

Terpisah, Asiah, Ibu dari Jessica--salah satu korban--, mengatakan begitu tahu kedatangan aparat kepolisian dalam jumlah banyak dan bersenjata lengkap, warga memukul beduk. "Sudah jadi tradisi kami bila ada apa-apa memukul beduk. Setelah beduk di pukul, seluruh warga berkumpul."

Selang setengah jam, terjadilah perdebatan antara warga. Kemudian ada beberapa warga yang melemmpari petugas dengan batu. Nah, waktu itu langsung Brimob menembak ke atas dua kali. "Mereka langsung menembaki kami secara membabi buta. Kami banyak yang melarikan diri," ungkapnya saat ditemui di RS Bhyangkara tadi malam.

Yang diketahuinya, Kedatangan petugas ke desanya untuk patroli. "Waktu itu, alasan Brimob datang katanya hanya untuk patroli, tetapi nyatanya mereka menembaki kami. Sebagian warga diamcam oleh Brimob. Malah mereka ada yang mengatakan matikan semua warga. Seperti mau perang," ucapnya sambil menerawang.

Hal senada disampaikan oleh Syahril (27), adik kandung dari Herman. "Yang saya tahu, di lokasi ada enam mobil truk besar yang yang membawa petugas. Di depan posisinya gegana, mereka memakai pakaian hitam-hitam. Kemudian di barisan belakang Brimob. Mereka memakai seragam coklat. Yang menembaki kami itu adalah pakaian hitam-hitam," ungkap Syahril yang saat itu terlihat memakai yang sudah lusuh akibat bercak darah di bajunya.

Selain itu, Adam (25) sopir yang membawa korban Herman dan Farida ke RS Bhayangkara menuturkan peristiwa tersebut sekitar pukul 16.30 WIB. "Sebenarnya korban masih banyak, mas. Tetapi yang baru diketahui baru enam. Korban Rusman dibawa ambulance puskesmas Tanjung Batu ke RS Bhayangkara. Kalau saya bawa korban Herman dan Farida menggunakan mobil anggota dewan OI. Kebetulan, anggota dewan itu adalah om saya," jelasnya.

Penggaanti sementara Kabid Humas Polda Sumsel AKBP R Djarod Padakova, mengatakan awalnya sore itu, 120 personel Tim Olah TKP dan Dialogis, memasuki memasuki lokasi kejadian. Terdiri atas 30 personel Polres OI dari Satuan Reskrim, Sabhara, Intelkam, diback up 90 personel Satuan Brimob Polda Sumsel. "Mereka mengendarai 16 unti mobil, ada rantis, pribadi, dan EOD Gegana Brimob," ujar Djarod.

Maksud kedatangan Tim Olah TKP dan Diaogis, hendak melakukan Olah TKP terkait hilangannya 120 ton pupuk dari Rayon III PTPN VII Cinta Manis, pada 17 Juli lalu. Sebab Kamis (26/7), petugas berhasil menemukan 5 ton pupuk yang hilang itu, di sekitar areal perkuburan. "Begitu di lokasi kejadian, disambut lemparan batu dan senjata tajam oleh warga. Tim sempat berusaha dialogis dan memberikan tembakan peringatan udara," katanya.

Namun warga tetap melakukan perlawanan, hingga akhirnya terjadi kontak antara polisi dan warga. Dalam kontak itu, sambung Djarod, belum ada laporan anggota polisi yang terluka. Namun, ke 16 mobil polisi tersebut dirusak warga. "Dari laporan Kapolres OI, dari pihak warga ada satu anak berusia 14 tahun yang meninggal dunia, tiga luka-luka. identitasnya masih didata, yang penting kita melakukan penyelamatan dulu," imbuhnya.

Terkait bentrokan yang menimbulkan korban jiwa dari pihak warga dan kerusakan mobil dari kepolisian, Djarod menegaskan Bidang Propam Polda Sumsel langsung membentuk Tim Penyidik.

Ada wacana menarik personel dari lapangan? Djarod mengatakan belum ada rencana itu, tetap akan melakukan pengamanan di lapangan, untuk aset-aset PTPN VII. "Kendali di lapanganan, masih di bawah Kapolres OI yang punya wilayah. Baik itu personel Polres OI sendiri, maupun yang dari Polda Sumsel maupun Brimob Polda Sumsel. Kita juga dibantu oleh pihak TNI. Wilayah yang dijaga 'kan, ada di Rayon III, Induk, dan lainny," terangnya.

Djarod juga mengimbau, warga untuk tetap tenang dan tidak terprovokasi. Apalagi untuk sementara ini, pasca kejadian situasi sudah mulai kondusif. "Kami tegaskan lagi, tidak ada balita yang meninggal. Dan yang meninggal dunia bukan dua orang, tapi satu orang. Yaitu yang anak berusia 14 tahun tadi, seperti laporan Kapolres OI," tukasnya.

Mabes-Komnas HAM Turun Tangan
Mabes Polri dan Komnas HAM sama-sama akan menurunkann tim ke lokasi kejadian. "Terkait kasus Cinta Manis kami ikuti terus. Untuk yang barusan (bentrok Kemarin), kami belum banyak dapat info, tapi segera kami tangani. Soal korban, ditembak atau tertembak, polisi harus tanggung jawab," cetus Komisioner Komnas HAM, Joni Nelson Simanjuntak, kemarin. (dom/air/cj7/cj3/cjl2)

Sumatera Ekspres, Sabtu, 28 Juli 2012



* * * * * * * * * * * * * * * * * * * *




Sang Kakak Sempat Terjepit Mesin



Gelapnya malam membuat Simpang Desa Tanjung Pinang yang terletak di Jalan Meranjat-Tanjung Batu Km 17, makin mencekam, Apalagi, di sana ratusan petufgas dari anggota Brimob dan Polri terlihat berjaga pascaaksi sweeping yang mereka lakukan. Tatkala Sumatera Ekpres menyambangi kediaman angga Prima bin Darmawan (13), korban peluru Brimob, di Desa Tanjung Pinang, terlihat para pelayat berdatangan. Rumah panggung sekitar 10x10 meter persegi itupun sesak oleh sanak keluarga dan warga Desa Tanjung Pinang II yang ingin melihat dari dekat kondisi tubuh Angga Prima yang terbujur kaku dan ditutupi kain panjang.

Di belakang kepala almarhum Angga Prima, sang Ibu Yohana (45) berusaha tegar dan menerima kenyataan yang ada. "Silakan masuk Pak," ujar seorang keluarga Yohana.

Ketika itu, ibu almarhum Angga itu terlihat menahan tangis saat menceritakan detik-detik menjelang kepergian anak keempat dari enam bersaudara dari suami tercintanya Darmawan (45). Menurut dia, saat anggota Brimob melakukan patroli ke Desa Tanjung Pinang II, dirinya sedang memintal ikan hasil dari menjala Rifaldi (14) anak ketiganya.

Dua beranak itu bahu membahu memintal ikan menggunaka mesin penghancur untuk dijadikan pempek dan kemplang. "Kami berdua tidak mengetahui jika Angga mengiringi mobil Brimob menuju Desa Limbang Jaya II karena sedang memintal ikan di rumah," kata Yohana mengawali pembicaraan.

Dia sendiri mengetahui jika anaknya yang duduk di bangku kelas X MTs ini dari Azhar (50), warga Desa Limbang Jaya yang merupakan besannya. "Kak AZhar yang memberitahu jika Angga menjadi korban penembakan anggota Brimob," tutur Yohana.

Di mata keluarga, Angga dikenal sebagai anak periang yang suka membantu orang tua. Dugaan keluarga, karena rasa ingin tahu dan aneh melihat banyak mobil polisi yang masuk ke desa membuat Angga mengikuti konvoi anggota Brimob sampai Desa Limbang Jaya II. "Sudah 50 tahun saya hidup, bari kali ini desa kami didatangi Brimob seperti mau perang," timpa Azhar.

Yohana sendiri tidak memiliki firasat jika anak keempatnya itu akan untuk selamanya. Apalagi, baru dua hari Darmawan, suaminya berangkat merantau ke Jambi menjadi pandai besi. Hanya Rifaldi, sang kakak punya firasat tidak baik saat adiknya tewas. Tangan kanannya yang sedang memasukan daging ikan yang akan dipintal sempat masuk dan terjepit mesin. Tetapi dia langsung menarik tangan kanannya. "Mungkin itulah firasat jika Angga akan meninggal," tukasny. (*)

Sumatera Ekspres, Sabtu, 28 Juli 2012

Senin, 16 Juli 2012

19 Desa Belum Berlistrik

INDERALAYA -- Pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ogan Ilir (OI) tidak hanya fokus pada fasilitas umum dan infrastruktur. Tetapi, juga masalah penyediaan aliran listrik bagi masyarakat.

"Dari 241 desa dan kelurahan di Ogan Ilir, tinggal 19 desa yang belum dialiri aliran listrik (PLN, red)," ujar Kepala Dinas Pertambangan Energi dan LH Ogan Ilir HA Thahir Ritonga melalui Kabid Listrik Trisnofilhaq ST MSi, kemarin.

Menurut Trisnofilhaq, 19 desa yang belum menikmati aliran listrik tersebut di beberapa desa di Kabupaten OI. Seperti Desa Lubuk Segonang, Kecamatan Kandis, Desa Cinta Marga, Sanding Marga, Sukamaju, Sukamarga.

Dari 19 desa tersebut, Desa Lubuk Sigonang merupakan daerah yang dinilai paling sulit untuk pemasangan instalasi dan sambungan lisrik. Pasalnya, jalan menuju desa tersebut harus melintasi wilayah Kabupaten OKI untuk menarik kabel terakhir.

Dikatakan, pemasangan sambungan listrik di desa sudah dianggarkan dan diusulkan Pemkab setiap tahunnya kepada PLN. Tahun ini ada enam desa yang akan dipasang sambungan listrik. "Mudah-mudahan dalam tiga tahun ke depan, seluruh desa di Ogan Ilir sudah menikmati aliran listrik," tukasnya. (dom/ce2)

p align="center">Sumatera Ekspres, Senin, 16 Juli 2012

Senin, 09 Juli 2012

RS Ernaldi Bahar Jadi Rujukan se-Sumatera

RS Ernaldi Bahar Jadi Rujukan se-Sumatera
Gubernur Sumsel Alex Noerdin menandatangani prasasti peresmian RS Erba yang baru di Jl Tembus Terminal AAL KM 12, Senin (9/7/2012)

PALEMBANG - Gubernur Sumatera Selatan H Alex Noerdin mengajak masyarakat patut berbangga dengan diresmikannya Rumah Sakit Ernaldi Bahar (RS ERBA) yang baru di Jl Tembus Terminal AAL KM 12. RS tersebut merupakan terbesar di Indonesia dan menjadi rujukan rumah sakit region se-Sumatera.

"Entah masih ada nggak suara saya," ceplos Alex membuka kata sambutannya pada peresmian RS Erba yang baru di Jl Tembus Terminal AAL KM 12, Senin (9/7/2012).

Alex yang mengaku sibuk mengawasi kotak suara pada Pilgub DKI Jakarta memang suaranya terdengar serak, parau kehabisan suara berkampanye.

"RS Erba ini merupakan RS Jiwa terbesar di Indonesia dan menjadi rujukan rumah sakit yang ada di Sumatera dan daerah-daerah lain. Insya Allah tidak dari Jakarta. Luar biasa rumah sakit ini. Kita berada di tengah-tengah areal seluas 10,3 ha yang baru terpakai 27 ribu meter persegi. Saya dengar tadi ada 370 tempat tidur dan akan ditambah lagi. Berarti banyak yang stres. Kita di sini rumah sakit terbaik, tapi tetap ada pelayanan gratis. Tinggal SDM yang ditingkatkan supaya pelayanannya baik," ujar Alex.

Alex mengimbau kepada mulai dari jajaran direksi dan karyawan RS Erba untuk tidak lagi melakukan demo. "Tidak boleh lagi demo. Kalau yang demo saya akan pindahkan ke Puskesmas semua. Kita akan berikan award yang berprestasi berangkatkan ke Singapura. Kita seleksi dengan ketat yang memberikan kinerja baik. Yang tidak mampu berikan layanan baik atau mau demo, kita pindahkan ke Puskesmas," seru Alex.

Usai menggunting pita dan menandatangani prasasti peresmian RS Erba yang baru maket penghijauan RS Erba, Alex meninjau seluruh ruangan.

Sementara Direktur Rumah Sakit Ernaldi Bahar (RS ERBA) dr Hj Yumidiansi F MKes menerangkan saat ini rumah sakit yang dipimpinnya mengembangkan pelayan yang bukan hanya melayani sakit jiwa.

"Termasuk juga psikologi, minat dan bakat sekolah. Untuk fit dan proper test merekrut pegawai. Anak dan remaja untuk autis dan hiperaktif. Target kita menjadi rumah sakit rujukan yang terbesar di Indonesia dengan luas bangunan 27 ribu m2 dan luas tanah 10,3 ha," ungkap alumni FK Unpad pada peresmian RS Erba, Senin (9/7/2012).

Wanita asal Mendayun (Ogan Komering Ulu) ini terhitung 4 Mei 2012 baru menjabat Direktur RS Erba menerangkan dengan perluasan gedung baru ini saat ini sudah ada gedung administrasi, gedung poli rawat jalan, rawat inap, Diklat.

"Untuk Diklat ini kita kerjsama dengan sekolah kesehatan se-Sumsel, FK Unsri, FK UMP, dan kita baru terima kerjasama dengan FK salah satu Universitas swasta di Jakarta yang minta belajar di sini," kata wanita yang biasa disapa dokter Essy.

Menurut Dr Essy, RS Erba yang dibangun selama tiga tahun dan merupakan RS tipe A ini kini retribusinya mencapai 136 persen dari target Rp 3,5 M.

"Kita ada tiga dokter spesialis kejiwaan. Ada dr Farah, dr Shahb, dan dr Latifah. Sedangkan lima spesialis ada mata, kulit dan kelamin, syaraf, penyakit dalam, dan kebidanan. Karena kita juga melayani rawat jalan," kata dr Essy.

Kadinkes Sumsel dr H Zulkarnain Noerdin mengimbau agar masyarakat bisa memanfaatkan fasilitas RS Erba yang tergolong kelas tipe A ini.

"Di sini selain kelas VIP, kelas I, II dan III juga ada pelayanan Jamkesos dan Jamkesmas. Kalau untuk limbah sama dengan RS lainnya sudah standar. Dari banyaknya tempat tidur pasien ini idealnya ditambah dokter. Paling tidak enam dokter lagi. Tapi perpindahan PNS dokter itu perlu waktu," tandasnya.

Sesuai dengan tugas dan fungsinya menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan kesehatan jiwa dan kesehatan umum yang mempunyai fasilitas pelayanan antara lain:

1. Unit Gawat Darurat.

2. Pelayanan Jiwa (Psikiatri)
• Poloklinik Jiwa (Klinik Dewasa dan Lanjut Usia, Klinik Anak dan Remaja, Klinik NAPZA, Klinik Metadhone)

• Poli Psikologi.

3. Pelayanan Umum

• Poliklinik Gigi

• Poliklinik Spesialis

• Penyakit DalamPoliklinik Spesialis Mata

• Poliklinik Spesialis Syaraf

• Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin

• Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan

4. Pelayanan Rawat Inap Jiwa

5. Fasilitas Penunjang (Apotik, Laboraturium, Elektromedik, Radiologi, Instalasi Laundry, Instalasi Gizi dan Diklat).

Penulis : Abdul Hafiz
Editor : Soegeng Haryadi
Sriwijaya Post - Senin, 9 Juli 2012



RS Ernaldi Bahar yang Terbesar di Indonesia



RS Ernaldi Bahar yang Terbesar di Indonesia
TINJAU RUANGAN - Gubernur Sumsel H Alex Noerdin didampingi Direktur RS Ernaldi bahar Yunidiansi M Kes beserta sejumlah dokter meninjau ruang perawatan usai meresmikan RS Ernaldi Bahar yang terbesar di Indonesia dan Memiliki 300 lebih kamar perawatan di Jalan Tembus Term
RS Ernaldi Bahar yang Terbesar di Indonesia
TUNGGU GILIRAN - Sejumlah pasien yang berobat jalan menunggu giliran dipanggil untuk di periksa di ruang perawatan RS Ernaldi Bahar yang baru diresmikan hari ini Senin (9/7/2012) Oleh Gubernur Sumsel Alex Noerdin di dampingi Istri


PALEMBANG-Gubernur Sumsel H Alex Noerdin didampingi Direktur RS Ernaldi bahar Yunidiansi M Kes beserta sejumlah dokter meninjau ruang perawatan usai meresmikan RS Ernaldi Bahar.

RS Ernaldi Bahar yang terbesar di Indonesia dan Memiliki 300 lebih kamar perawatan di Jalan Tembus Terminal KM 12 Kecamatan Talang Kelapa Palembang, Senin ( 9/7/2012).

Penulis : Zaini
Editor : Hendra Kusuma
Sriwijaya Post - Senin, 9 Juli 2012

Selasa, 03 Juli 2012

Lampung Selatan Rusuh

Lampung Selatan Rusuh
Rusak Fasilitas Negara : Kerusuhan terjadi di Kota Kalianda, Lampung Selatan, kemarin (2/7). Massa yang terdiri dari sejumlah elemen masyarakat merusak kantor pemerintahan. Tidak hanya itu, massa juga menutup Jalan Linta Sumatera (Jalusum) yang menjadi lalu lintas dari Pelabuhan Bakauheni menuju Sumatera

Massa Merusak Perkantoran dan Fasum


KALIANDA - Aksi unjuk rasa Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi (LMND) dan Forum Persatuan Masyarakat Lamsel (Forlas) di Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel), Lampung, kemarin (2/7) kembali diwarnai kerusuhan. Massa yang tergabung dalam LMND dan Forlas merusak sejumlah perkantoran serta fasilitas umum (fasum). Bahkan, kaca tempat mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Bank Syariah Mandiri dan perguruan tinggi DCC yang berada di Jalan Raden Intan, Kalianda, ikut dilempari massa. Sehingga kaca di dua tempat itu pecah.

Bukan itu saja, sejumlah lampu jalan juga dirusak dengan cara dilempar dan diketapel pengunjuk rasa. Bahkan, tenda tempat pelaksanaan tablik akbar yang berada di lapangan Korpri Pemkab Lamsel Selatan ikut dibakar massa. Beruntung peserta yang mengikuti acara tersebut telah membubarkan diri.

Aksi unjuk rasa dimulai sekitar pukul 13.00 WIB. Saat itu massa mendatangi kantor Pemkab Lamsel. Mereka mendesak Bupati Lamsel, H Rycko Menoza SZP meminta maaf kepada masyarakat dan tokoh adat, karena sebelumnya mereka merasa dilecehkan Bupati. Selain itu, massa juga meminta bupati memperhatikan marga adat yang ada di Lamsel dan diikutsertakan dalam pembangunan di kabupaten itu.

Sebelum aksi unjuk rasa dan anarkis itu pecah, Bupati sebelumnya menemui massa di Lapangan Radein Intan Kalianda. Di hadapan massa bersama tokoh lima marga, Rycko mengajak masyarakat untuk saling bahu membahu membangun Lamsel ke depan. Sekaligus atas nama pemerintah daerah dan pribadi meminta maaf.

Sayangnya, belum selesai memberikan sambutan, sekitar 10 menit di atas panggung, sejumlah massa melempari dengan air mineral ke arah panggung. Padahal saat itu, Bupati bersama tokoh lima marga sedang berada di atas panggung memberikan penjelasan. Sontak suasana menjadi ricuh. Meski sempat diredam sejumlah tokoh marga, namun massa yang telah terprovokasi tidak menggubris imbauan tokoh kelima marga tersebut.

“Tenang saudara-saudara, jangan bertindak anarkis. Pak Bupati secara kesatria telah meminta maaf kepada masyarakat. Jadi tolong jangan terprovokasi yang akan membuat nama lembaga adat jadi tidak baik,” teriak salah satu tokoh lima marga di hadapan ratusan massa.

Namun, massa tetap tidak dapat dikendalikan. Bahkan berusaha merangsek ke depan menuju ke arah Bupati. Karena tidak dapat dikendalikan, Bupati dikawal ketat aparat kepolisian, TNI dan Sat Pol PP meninggalkan Lapangan Raden Intan bersama sekitar 15 tokoh yang mewakili lima marga menuju kantor pemkab untuk berdialog. Masing-masing marga Legun, Dantaran, Ratu, Rajabasa dan Katibung.

Pertemuan digelar mulai pukul 11.15 WIB hingga pukul 12.15 WIB. Selain Bupati, pertemuan itu juga dihadiri Dandim 0421, Kapolres Lamsel AKBP Harri Muharam.

Dalam pertemuan itu menghasilkan kesepakatan antara lima marga adat dengan pemkab. Di antaranya pangeran Sai Batin dari lima marga sepakat untuk saling bahu membahu membangun Lamsel ke depan. Dengan catatan, pemerintah selalu mengajak dan melibatkan marga adat dalam pembangunan di kabupaten tersebut.

“Kami memberikan apreasiasi kepada Bupati yang secara kesatria telah meminta maaf kepada masyarakat dan kami sebagai manusia biasa juga meminta maaf. Untuk itu, kedepan, kami sepakat mendukung pembangunan untuk memajukan kota Kalianda menjadi kota modern,” ungkap Zainal Abidin, pangeran dari Marga Dantaran.

Dalam dialog itu, Bupati meluruskan jika isu yang yang melecehkan lembaga adat itu tidak benar. Pemkab Lamsel berkomitmen dalam pengembangan adat dan budaya masyarakat Lamsel. Ia juga mengatakan, pemkab selalu konsisten untuk melestarikan adat dan budaya daerah serta mengakui keberadaannya sebagai salah satu pilar utama dalam mensukseskan pembangunan.

Sementara berdasarkan pantauan Radar Lampung (Sumeks Group), sejumlah perkantoran yang dirusak massa yaitu kantor Badan Penanaman Modal Pelayan Perizinan Terpadu (BPMMPT) di Jalan Raden Inten. Akibatnya, kaca pada satuan kerja (satker) itu pecah. Bahkan, massa juga sempat membakar kursi dan kertas-kertas yang ada di kantor itu, sekitar pukul 14.00 WIB. Beruntung aparat gabungan dari Polri, TNI, Satuan Marinir, dan Pol PP sigap menghalau massa dan memadamkan api. Tapi, massa kembali berulah dengan melempari kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil).

Tidak sampai dis itu, massa kembali merusak lokasi wisata di pemandian air panas Way Belerang. Di lokasi wisata itu, massa merusak gerbang dan beberapa fasilitas. Selain itu, massa juga melempari kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD), Dispenda, Badan Ketahanan Pangan, GOW, PU dan kantor Pelayanan Pajak Kalianda. Di kantor pajak, selain merusak kaca dan merusak sejumlah fasilitas kantor, massa juga menjarah 3 buah laptop dan 1 monitor komputer.

Pos Polisi Lantas Kota Kalianda ikut pecah karena dilempari pengunjuk rasa. Termasuk juga kantor Pengadilan Agama. Bahkan massa sempat mengacak-ngacak kantor PA. Selain merusak dan melempari kaca, massa juga ada yang menjarah disana. Sehingga, 3 unit komputer di kantor itu hilang. Berikut 1 unit laptop.

Aksi unjuk rasa juga mengakibatkan jalur jalan lintas Sumatera (Jalinsum) di tutup sementara dari pukul 13.30 hingga 15.00 WIB.

Kendaraan dari arah Bandar Lampung dialihkan dari depan kantor Dinas Perhubungan melalui jalan lintas timur. Sementara yang dari Bakauheni juga dialihkan ke lintas timur mulai dari Gayam, Ketapang. Karena massa yang berunjuk rasa juga menebangi pohon dan membakar ban bekas di pinggir jalan.

Sementara, aparat kepolisian, TNI, Marinir dan Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) tidak dapat berbuat banyak ketika massa melakukan aksi anarkis dan perusakan. Karena massa berpencar dengan menggunakan roda dua saat melakukan perusakan itu dan petugas terfokus menjaga keamanan di sekretariat Pemkab dan DPRD.

Terpisah Plt Sekretaris Daerah (Sekdakab) Lamsel Drs Ishak MM mengatakan, pihaknya masih menginventarisasi kerugian serta kerusakan yang terjadi akibat aksi unjuk rasa tersebut. Ia juga menegaskan, pemkab akan melaporkan aksi perusakan itu kepada aparat kepolisian. (dur/jpnn/ce2)

Sumatera Ekspres, Selasa, 3 Juli 2012

Jalintim Macet, Ratusan PNS Absen

Jalintim Macet, Ratusan PNS Absen
Macet : Antrean kendaraan yang terjebak macet di Jalitim Palembang-Indralaya, kemarin

INDERALAYA -- Jalan lintas timur (Jalintim) Palembang-Inderalaya sepertinya sulit terbebas dari kemacetan. Tiap hari, para pengguna jalan selalu mengeluh. Sedikit saja ada mobil mogok atau kecelakaan, juga padatnya kendaraan kala weekend, dipastikan antrean mobil panjang.

Kemarin, misalnya. Kemacetan lebih parah dari sehari sebelumnya. Hanya, lokasi macetnya bertambah, di Jalintim Palembang-Inderalaya dan Jalinsum Palembang-Prabumulih wilayah Ogan Ilir. Antrean dari pukul 03.00-12.00 WIB.

Dampaknya sangat luar biasa. Pegawai negeri sipil (PNS) maupun karyawan yang bekerja di daerah Ogan Ilir, namun berlibur ke Palembang di akhir pekan, banyak yang tak bisa ngantor. Bahkan, di Pemkot Prabumulih ada ratusan PNS absen.

Hengki, seorang PNS di lingkungan Pemkot Prabumulih mengatakan, kemacetan membuat jalan lumpuh total di jalan Palembang-Ogan Ilir. “Saat saya mau melintas di daerah tersebut, sudah macet total. Untung memakai motor sehingga bisa lewat,” terangnya. Lebih jauh ia menambahkan, untuk PNS yang menggunakan kendaraan bus atau mobil pribadi dipastikan tidak akan bekerja. “Macet itu benar-benar parah. kendaraan bus atau mobil pribadi banyak terjebak dan tidak bisa bergerak,” terangnya.

Senada diungkapkan Nita, PNS di Kota Prabumulih. Ia mengaku PNS di sejumlah SKPD di lingkungan Pemkot Prabumulih kebanyakan tidak ngantor karena terjebak macet. “Kalau PNS yang mudik ke Palembang saat weekend, banyak yang terjebak macet. Jadi banyak yang telat, bahkan tidak masuk kerja,” bebernya.

Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Prabumulih Drs H Sobban Asmuni membenarkan ketidakhadiran PNS di lingkungan Pemkot Prabumulih akibat kemacetan parah di daerah Palembang-Ogan Ilir. “Dari kemarin memang jalanan macet, beruntung saya tidak berangkat hari ini (kemarin, red). Pasti ikut terjebak. Saya saja berangkat menuju Prabumulih pukul 5 sore, tiba pukul 11 malam,” bebernya.

Ada empat titik kemacetan yang terjadi. Yakni di Jalintim Palembang-Inderalaya Km 32 Kelurahan Timbangan Kecamatan Inderalaya Utara, Km 33 Kota Inderalaya, Jalinsum Palembang-Prabumulih Km 38 Desa Lorok, Kecamatan Inderalaya Utara, dan Km 18 Desa Sungai Rambutan Kecamatan Inderalaya Utara. Jalintim Palembang-Inderalaya Km 33 Kota Inderalaya atau tepatnya di depan kantor DPRD tidak pernah terjadi kemacetan, sempat terjadi hal serupa.

Begitu juga dengan Jalinsum Palembang-Prabumulih Km 38 Desa Lorok. Panjangnya antrean kendaraan dari Jalinsum ini mencapai 6 km mulai dari Km 38 sampai ke Km 32 Kelurahan Timbangan.

Di Jalinsum Palembang-Inderalaya Km 33 arah Kayuagung, antrean kendaraan tidak begitu panjang. Hanya 1 km. Antrean kendaraan yang terjebak macet justru terjadi mulai dari Km 18 sampai ke Km 32 Kelurahan Timbangan yang panjangnya mencapai 14 km.

Petugas Satuan Lantas Polres Ogan Ilir bahu membahu mengatur dan mengurai kendaraan yang terjebak macet. Kendaraan hanya bisa bergerak dalam hitungan satu atau dua meter. Setelah itu pengemudi harus menunggu selama setengah jam.

Penyebab kemacetan bukan karena adanya kecelakaan atau perbaikan jalan, tapi karena banyaknya kendaraan yang melintas. Kendati pukul 10.00 WIB kendaraan yang melintas di Jalintim Palembang-Inderalaya sudah bisa bergerak, namun kemacetan kembali terjadi di Km 13 Desa Simpang Pelabuhan Dalam, Kecamatan Pemulutan, pada pukul 11.00-14.00 WIB. Kemacetan di sana disebabkan adanya tumpukan material di samping Terminal Karya Jaya karena adanya pelebaran jalan. Jalan yang dilebarkan dilintasi kendaraan. Saat akan naik ke jalan aspal di depan terminal, kendaraan akan mengurangi kecepatan dan menyebabkan kemacetan panjang di belakangnya.

Titik macet berada di depan Terminal Karya Jaya atau Jl Sriwijaya Raya Km 10. Kendaraan yang terjebak macet dari arah Palembang hanya 1 km. Sedangkan dari arah Inderalaya mencapai 10 km. Mulai dari Terminal Karya Jaya sampai ke Simpang KTM Sungai Rambutan Km 20.

Salah satu pejabat di Dinas PU Ogan Ilir Ilir yang namanya enggan dikorankan menjelaskan, penyebab utama terjadinya kemacetan di depan terminal karena adanya tumpukan material di tengah-tengah jalan antara jalan utama dengan jalan yang akan dilebarkan. “Petugas yang menarik retribusi di depan terminal hendaknya menyuruh kendaraan masuk sehingga tidak menyebabkan kemacetan,” katanya.

Sementara itu, Kapolres Ogan Ilir AKBP Deni Dharmapala SH SIk melalui Kasat Lantas AKP Wawan Andi Susanto SH didampingi Kanit Laka Iptu Zaldi menegaskan bahwa penyebab kemacetan disebabkan karena adanya pelebaran jalan juga disebabkan kurang disiplinnya pengemudi kendaraan. “Pengemudi yang menerobos antrean membuat macet semakin jadi,” pungkasnya. (qda/dom/ce1)

Sumatera Ekspres, Selasa, 3 Juli 2012

Minggu, 01 Juli 2012

Rumah Tradisional Limas

Rumah Limas merupakan prototipe rumah tradisional Palembang. Selain ditandai dengan atapnya yang berbentuk limas, rumah tradisional ini memiliki lantai bertingkat-tingkat yang disebut Bengkilas dan hanya dipergunakan untuk kepentingan keluarga seperti hajatan. Para tamu biasanya diterima diteras atau lantai kedua.

Kebanyakan rumah limas luasnya mencapai 400 sampai 1000 meter persegi atau lebih, yang didirikan diatas tiang-tiang dari kayu unglen atau ulin yang kuat dari tanah dan air. Dinding, pintu dan lantai umumnya terbuat dari kayu tembesu. Sedang untuk rangka digunakan kayu seru. Setiap rumah terutama dinding dan pintu diberi ukiran.

Saat ini rumah limas sudah jarang dibangun karena biaya pembuatannya lebih besar dibandingkan membangun rumah biasa. Rumah limas yang sering dikunjungi olei wisatawan adalah milik keluarga Bayumi Wahab di Jl. Mayor Ruslan dan Hasyim Ning di Jl. Pulo, 24 Ilir, Palembang. Namun hampir ditiap pelosok kota terdapat rumah limas yang umumnya sudah tua, termasuk sebuah rumah limas di museum Balaputra Dewa.

Sumber: Sumselprov.go.id


Rumah Limas PalembangRumah Limas Palembang
Rumah Limas PalembangRumah Limas Palembang

Rumah Limas Palembang

300 Anak Antusias Ikut Sunatan Massal


Manajer PKBL PT Pusri Palembang Dasnil Yusar dan Manajer Umum Fachrurrozy Bey menyaksikan penyunatan di ruang TK/TPA Masjid Aqobah I, Minggu (1/7/2012)

PALEMBANG - Sekitar 300 anak antusias mengikuti sunatan massal untuk dhuafa digelar di ruang TK/TPA Masjid Aqobah I, Minggu (1/7/2012).
"Ini kegiatan YAZRI (Yayasan Amil Zakat PT Pupuk Sriiwijaya Palembang) bekerjasama dengan SPPSP (Serikat Pekerja PT Pupuk Sriiwijaya Palembang), PKBL, PIKPP (Persatuan Istri Karyawan PT Pupuk Sriiwijaya Palembang), Departemen Umum dan Sarana MT Aqobah I dan BPM Aqobah I," ungkap Manajer PKBL PT Pusri Palembang Dasnil Yusar dan Manajer Umum Fachrurrozy Bey.

Menurut Dasnil, 100 kupon untuk sunat ini diantaranya dibiayai Departemen PKBL ini untuk warga empat kelurahan lingkungan ring I PT Pusri Palembang. Meliputi 1 Ilir, 3 Ilir, Sungai Buah dan Sungai Selayur.

"Sedangkan 200 kupon lainnya untuk umum. Masing-masing kelurahan diberikan 25 kupon. Tapi kita punya cadangan mana tahu ada yang datang di luar kupon tadi. Tetap kita layani, PKBL siap bayar yang di luar kouta. Ini wujud kepedulian kita dan momen liburan sekolah ini kita gunakan untuk kegiatan bermanfaat untuk anak-anak yang belum dikhitan," kata Dasnil kepada Sripoku.com.

Sunat laser melibatkan tenaga medis dari RS Pusri, Posyandu terdekat dan ibu majelis taklim.

"Setiap anak yang telah dikhitan diberikan bingkisan berisikan uang sebesar Rp 100 ribu, kopiah, baju koko, kain sarung dan buku tulis," terang Fachrurrozy.

Sementara menunggu antrean giliran dikhitan, panitia menggelar kuis bagi anak yang hapal bacaan-bacaan doa.

Bagi anak yang bisa menjawab dikasih hadiah. Anak-anak pun berlomba naik panggung.

"Lemak nian, sudah besunat gratis dapat hadiah, duit. Eh ini jugo ado lomba siapo pacak hapalan doa. Senanglah," kata Aan. ," terang Fachrurrozy.

Sementara menunggu antrean giliran dikhitan, panitia menggelar kuis bagi anak yang hapal bacaan-bacaan doa.

Bagi anak yang bisa menjawab dikasih hadiah. Anak-anak pun berlomba naik panggung.

"Lemak nian, sudah besunat gratis dapat hadiah, duit. Eh ini jugo ado lomba siapo pacak hapalan doa. Senanglah," kata Aan.

Penulis : Abdul Hafiz
Editor : Sudarwan
Sriwijaya Post - Minggu, 1 Juli 2012 10:10 WIB

Legenda Si Pahit Lidah

Legenda Si Pahit Lidah


Tersebutlah kisah seorang pangeran dari daerah Sumidang bernama Serunting. Anak keturunan raksasa bernama Putri Tenggang ini, dikhabarkan berseteru dengan iparnya yang bernama Aria Tebing. Sebab permusuhan ini adalah rasa iri-hati Serunting terhadap Aria Tebing.

Dikisahkan, mereka memiliki ladang padi bersebelahan yang dipisahkan oleh pepohonan. Dibawah pepohonan itu tumbuhlah cendawan. Cendawan yang menghadap kearah ladang Aria tebing tumbuh menjadi logam emas. Sedangkan jamur yang menghadap ladang Serunting tumbuh menjadi tanaman yang tidak berguna.

Perseteruan itu, pada suatu hari telah berubah menjadi perkelahian. Menyadari bahwa Serunting lebih sakti, Arya Tebing menghentikan perkelahian tersebut. Ia berusaha mencari jalan lain untuk mengalahkan lawannya. Ia membujuk kakaknya (isteri dari Serunting) untuk memberitahukannya rahasia kesaktian Serunting.

Menurut kakaknya Aria Tebing, kesaktian dari Serunting berada pada tumbuhan ilalang yang bergetar (meskipun tidak ditiup angin). Bermodalkan informasi itu, Aria Tebing kembali menantang Serunting untuk berkelahi.

Dengan sengaja ia menancapkan tombaknya pada ilalang yang bergetar itu. Serunting terjatuh, dan terluka parah. Merasa dikhianati isterinya, ia pergi mengembara.

Serunting pergi bertapa ke Gunung Siguntang. Oleh Hyang Mahameru, ia dijanjikan kekuatan gaib. Syaratnya adalah ia harus bertapa di bawah pohon bambu hingga seluruh tubuhnya ditutupi oleh daun bambu. Setelah hampir dua tahun bersemedi, daun-daun itu sudah menutupi seluruh tubuhnya. Seperti yang dijanjikan, ia akhirnya menerima kekuatan gaib. Kesaktian itu adalah bahwa kalimat atau perkataan apapun yang keluar dari mulutnya akan berubah menjadi kutukan. Karena itu ia diberi julukan si Pahit Lidah.

Ia berniat untuk kembali ke asalnya, daerah Sumidang. Dalam perjalanan pulang tersebut ia menguji kesaktiannya. Ditepian Danau Ranau, dijumpainya terhampar pohon-pohon tebu yang sudah menguning. Si Pahit Lidah pun berkata, "jadilah batu." Maka benarlah, tanaman itu berubah menjadi batu. Seterusnya, ia pun mengutuk setiap orang yang dijumpainya di tepian Sungai Jambi untuk menjadi batu.

Namun, ia pun punya maksud baik. Dikhabarkan, ia mengubah Bukit Serut yang gundul menjadi hutan kayu. Di Karang Agung, dikisahkan ia memenuhi keinginan pasangan tua yang sudah ompong untuk mempunyai anak.

Bukti Batu Gajah Di Pasemah akibat "Kutukan" Si Pahit Lidah

Legenda Si Pahit LidahNurhadi Rangkuti meraba-raba batu gajah sambil menjelaskan torehan gelang kaki pada wujud tokoh manusia yang memegang gajah, yang merupakan benda koleksi Museum Balaputradewa di Palembang.

Si Pahit Lidah sungguh sakti kata-katanya. Setiap serapah sumpah yang keluar dari mulutnya yang berlidah pahit kontan akan membuat benda yang dikutuk menjadi batu. Begitu kira-kira dongeng lisan masyarakat Pasemah di kawasan Lahat dan Pagar Alam di Sumatera Selatan.

Kesaktian tokoh suci folklorik itu menjadi salah satu hiasan info populer perihal banyaknya arca batu dan batu bertatahkan torehan bentuk manusia dan binatang.

Cerita rakyat itu hanya imbuhan karena para pakar arkeologi sejak zaman penjajahan Belanda hingga kini masih terkagum- kagum dan takjub dengan adanya peninggalan budaya masa lampau, konon ditaksir sudah sejak beratus-ratus tahun silam.

Lokasi situs megalitik itu letaknya di alam bumi Pasemah Lahat dan Pagar Alam, sekitar 500-an kilometer dari Palembang, di dataran tinggi antara 750 meter-1.000 meter di kaki Gunung Dempo dari Pegunungan Bukit Barisan dan daerah aliran hulu Sungai Musi dan anak-anak sungainya.

Ahli arkeologi Belanda sejak EP Tombrink (1827), Ulmann (1850), LC Westernenk (1921), Th van der Hoop (1932) dan lainnya sejak dulu berusaha memecahkan misteri ilmiah keberadaan kompleks situs megalitik yang penuh serakan peninggalan arkeologi.

"Van den Hoop tercatat membawa batu bundar ini ke Palembang, sekitar tahun 1930-an tanpa penjelasan rinci," ujar Drs Nurhadi Rangkuti MSi (49), Kepala Balai Arkeologi Sumatera Bagian Selatan, akhir Februari lalu, saat menjelaskan batu besar berhiasan unik yang kini koleksi Museum Balaputradewa di kota Palembang.

Batu bundar macam telur besar pejal asal Kotoraya di Lahat mencolok sekali tatahan dan goresannya berbentuk gajah dan manusia. Perhatikan hiasan pahatannya, menggambarkan seorang manusia sedang menggapit seekor gajah. Tokoh itu mengenakan tutup kepala macam ketopong, telinganya mengenakan semacam anting dan mengenakan juga kalung leher. Kakinya mengenakan gelang kaki yang diduga berbahan logam. Di punggung manusia itu ada sebentuk nekara, tetapi wajahnya berbibir tebal, hidung pesek dan pendek, mata lonjong dan badannya terkesan bungkuk. Di pinggangnya terdapat senjata tajam, ujar Nurhadi yang mengaku belum pernah mengukur rinci besar dan bobot batu andesit itu.

"Dari ujung belalai sampai ke ekor gajahnya, sekitar 2,7 meter. Di balik relief gajah ini, ada pula bentuk seekor babi bertaring panjang dengan dua tokoh manusia."

Peninggalan tradisi megalitik itu amat terkenal di dunia kajian arkeologi karena, selain diduga dari masa prasejarah, tradisi batu besar itu pun berlanjut sampai kini. Bentuk peninggalan megalitik lainnya di wilayah Pasemah, selain batu gajah dan beberapa arca besar lainnya yang kini ada di Palembang, di Pagar Alam juga masih banyak peninggalan arkeologi berupa arca batu besar, alat-alat batu, tembikar, bilik batu dan menhir.

Khususnya di situs bilik batu, terdapat lukisan menggambarkan manusia sedang menggamit seekor kerbau dengan warna merah bata, hitam, dan kuning oker. Selain itu, juga ada lukisan aneka bentuk lukisan manusia, binatang, dan burung dengan kombinasi warna merah, kuning, putih, dan hitam.

"Seluruh peninggalan budaya prasejarah itu memberikan informasi bahwa pada masa lampau di daerah hulu Sungai Musi sudah terdapat hunian awal manusia, di daerah tepian sungai pada bidang tanah yang tinggi. Hunian yang lebih sedikit maju ditemukan di daerah kaki Gunung Dempo di sekitar kota Pagar Alam sekarang. Di daerah ini ditemukan banyak sekali arca megalit dan bilik-bilik batu yang berhiaskan lukisan…," tulis arkeolog Bambang Budi Utomo.

Kompas

Lagenda Raja Buaya

Lagenda Raja Buaya


Sumatera Selatan, sebagai daerah yang dipenuhi rawa-rawa dan dilewati banyak sungai, memiliki populasi yang cukup banyak dan penampakan buaya merupakan hal biasa. Bahkan di kalangan masyarakat dikenal pula ilmu buaya. Yakni ilmu hitam, yang mana pemiliknya akan berubah menjadi buaya kalau sudah meninggal dunia.

Di tepian Sungai Musi, Palembang, banyak legenda mengenai buaya yang diceritakan turun temurun, salah satunya legenda buaya putih. Beberapa tempat yang diyakini tempat munculnya buaya putih adalah di aliran Sungai Ogan, seperti di bawah jembatan Ogan, Kertapati, Palembang dan lokasi pedalaman sungai Ogan. Munculnya buaya putih ini diyakini selalu menjadi pertanda akan terjadi bencana besar di Sumsel atau di Indonesia.

Demikian juga warga di Pemulutan, Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel. Mereka sangat percaya dengan legenda-legenda mengenai buaya. Sebagian besar warga Pemulutan percaya, nenek moyang mereka adalah buaya. Sebab ilmu buaya banyak dikuasai masyarakat Pemulutan dan ada yang menjadi pawang buaya. Banyak warga Pemulutan yang dapat berubah menjadi buaya jika masuk ke dalam sungai atau rawa. Ini adalah ilmu hitam yang biasanya dikuasai para bandit.

Di masyarakat Palembang juga ada kisah/legenda menarik dari abad ke-16. Saat itu raja Palembang bingung bagaimana mengatasi buaya-buaya yang berada di Sungai Musi. Buaya-buaya itu ganas dan dapat membuat warga terancam nyawanya. Lalu, sang raja mendatangkan seorang pawang buaya dari India. Dengan janji akan memberikan banyak hadiah, sang raja meminta si pawang menjinakkan buaya-buaya di sungai Musi. Buaya-buaya itu pun jinak. Si pawang pun menerima banyak hadiah.

Kemudian raja mengajak sang pawang ke daerah pedalaman yang banyak buayanya. Kembali pawang itu menaklukkan buaya-buaya menjadi jinak. “Coba kau buat buaya-buaya itu kembali menjadi ganas. Aku mau tahu bagaimana kehebatan ilmumu?” kata sang raja.

Pawang yang sudah mabuk pujian itu kemudian membuat buaya-buaya itu menjadi ganas. Ayam dan ternak yang dilempar ke sungai dengan cepat dimakan buaya. Dan, ketika si pawang lengah, seorang prajurit kerajaan Palembang mendorong pawang ke gerombolan buaya. Tak ayal si pawang itu mati dimakan buaya. Lokasi terbunuhnya pawang itu diperkirakan di pesisir timur Sumatera Selatan, seperti Pulaurimau, atau di kawasan Pemulutan.

Kalau pawang ini tidak dibunuh, saya khawatir dia dapat mempermainkan kita. Atau, kalau dia tidak senang dengan kita, buaya-buaya di sungai Musi dibuatnya menjadi ganas lagi, kata sang raja.Oleh karena itu, tidaklah heran, buaya di sungai Musi dengan buaya di daerah pedalaman Sumatra Selatan berbeda karakternya. Di sungai Musi tidak ada buaya yang bersifat ganas, meskipun saat ini sudah jarang terlihat, berbeda dengan daerah pedalaman yang terkenal dengan buayanya yang ganas-ganas.